Atau harus berupa kutipan di sebuah naskah?
Rentetan pertanyaan itu disampaikan mbak Siska di grup Menulis bersama KP & KPB. Pertanyaan itu pula yang memunculkan inspirasi untuk menulis artikel ini.
Mungkin kelihatannya mudah dan sederhana, tapi menulis kutipan adalah jenis keterampilan strategis yang perlu dikuasai setiap penulis. Kutipan langsung dari sumber yang berwibawa dan berkompeten tentang topik akan memperkuat maksud dan argumentasi kita dalam tulisan.
Lalu ada kutipan percakapan. Gaya menulis percakapan bukan hanya untuk fiksi saja. Saat ini pembaca mengharapkan gaya percakapan ketika mereka membaca email, halaman web, teks, blog, posting media sosial dan bahkan iklan. Kutipan berupa percakapan akan membuat tulisan non fiksi bisa terbaca menarik dan tidak membosankan.
Cara Menulis Kutipan
Bagaimana seharusnya menulis kutipan itu?
Pertama, kita harus jeli memilih konten atau isi dari kutipan tersebut. Kutipan yang dipilih dengan cermat dapat menggarisbawahi poin-poin penting tulisan kita dengan memberikan suara yang mudah diingat. Dalam memilih kutipan, perhatikan tiga hal berikut ini:
- Pilih sumber kutipan yang berwibawa. Dalam arti sumber itu tidak diragukan lagi kredibilitas dan kompetensinya dalam tema yang dimaksud. Misalnya tema tentang vaksinasi Covid-19, maka sumber kutipan harus orang yang ahli tentang vaksinasi Covid-19, yang kompetensi dan keahliannya sudah dikenal luas masyarakat.
- Pilih kutipan sesingkat mungkin. Tujuan kutipan adalah untuk menguatkan maksud tulisan kita dengan kata-kata orang lain. Jangan mengutip pernyataan yang terlalu panjang dan berputar-putar sehingga malah mengaburkan inti dari kutipan itu sendiri.
- Pilih kutipan yang mudah diingat. Pembaca cenderung menyukai dan lebih mudah mengingat pernyataan yang menarik, contoh yang hidup, atau pergantian frasa kalimat yang penuh warna (tidak monoton).
Kutipan harus dibedakan dengan kalimat atau paragraf non kutipan dalam kalimat. Maka, cara menuliskannya pun harus berbeda.
Pertama dan yang sangat penting, tunjukkan konteks kutipan tersebut: kapan atau di mana pembicara membuat pernyataannya.
Ini namanya bentuk atribusi (lebih jelas apa itu atribusi dan penggunaannya dalam artikel, silahkan baca tulisan dari Khrisna Pabichara berjudul: "Mengulik Akurasi Data dan Atribusi dalam Artikel").
Kedua, untuk membedakan kutipan dengan paragraf non kutipan, tempatkan kutipan itu dalam blok teks yang berdiri sendiri.
Ketiga, bila kita menghilangkan sebagian kata-kata dari kutipan, gantilah dengan elipsis (satu set tiga titik atau lebih.)