Selama liburan Paskah tahun 1856, Perkin melakukan beberapa percobaan lebih lanjut di laboratorium pribadi di rumahnya di Cable Street di London timur. Dalam serangkaian percobaan untuk mensintesis kina, Perkin malah menemukan senyawa kimia baru yang kelak membuatnya kaya raya.
Dalam percobaannya, Perkin menemukan bahwa anilin (senyawa utama kina) dapat diubah sebagian menjadi campuran kasar yang, ketika diekstraksi dengan alkohol, menghasilkan zat dengan warna ungu pekat.
Perkin yang memiliki ketertarikan pada lukisan dan fotografi langsung menjadi antusias dengan penemuannya tersebut. Ia kemudian mengajak temannya Arthur Church dan saudaranya Thomas untuk melakukan percobaan lebih lanjut. Karena percobaan ini bukan bagian dari tugasnya sebagai asisten untuk melakukan eksperimen sintesis kina, Perkin dan kedua temannya melakukan eksperimen mereka di sebuah gubuk rahasia agar Hofmann tidak tahu.Â
Setelah melakukan beberapa kali pengujian, Perkin dan kedua temannya akhirnya tahu mereka menemukan pewarna ungu sintetis. Percobaan awal pemakaian pewarna ungu ini menunjukkan bahwa sutra yang diberi pewarna ungu sintetis itu tidak luntur ketika dicuci atau terkena cahaya. Dari percobaan tersebut, ketiganya yakin dapat meningkatkan produksi zat ungu dan mengkomersilkannya sebagai pewarna, yang mereka sebut mauveine. Perkin kemudian mengajukan paten pada Agustus 1856, ketika dia masih berusia 18 tahun.Â
Revolusi Industri Mendorong Pemakaian Warna UnguÂ
Pada masa itu, Revolusi Industri di Inggris mencapai masa puncaknya setelah didahului penemuan mesin uap oleh James Watt. Salah satu faktor yang turut mendorong terjadinya Revolusi Industri adalah perkembangan industri tekstil, yang otomatis juga ikut mendorong ilmu kimia maju ke titik di mana ia dapat berdampak besar pada proses industri.
Setelah menemukan pewarna ungu sintetis, Perkin masih dihadapkan pada masalah dalam meningkatkan modal untuk memproduksinya, memasarkannya dengan harga murah, mengadaptasinya untuk digunakan dalam pencelupan kapas, mendapatkan penerimaan di kalangan pencelup komersial, dan hingga menciptakan minat permintaan publik untuk pewarna ungu.Â
Perkin bukan sekedar ilmuwan kimia, namun dia melihat peluang emas itu dan memutuskan untuk terjun langsung di semua bidang yang menjadi masalah baginya. Perkin membujuk ayahnya untuk pindah ke ibu kota dan meminta saudara laki-lakinya untuk ikut bermitra mendirikan pabrik pewarna. Perkin juga aktif menawarkan penemuannya ke industri-industri tekstil serta memberikan saran teknis untuk industri pewarnaan sintetis. Sebagai sarana promosi, Perkin memublikasikan penemuan pewarna ungu secara luas.
Kerja keras Perkin akhirnya terbayar lunas. Warna ungu mulai dikenal masyarakat luas. Permintaan publik meningkat ketika warna yang sama diadopsi oleh Ratu Victoria di Inggris dan oleh Permaisuri Eugnie, istri Napoleon III, di Prancis. Saat itu, jenis pakaian crinoline atau rok melingkar, yang pembuatannya menggunakan banyak kain, menjadi mode dan tren bagi kalangan wanita anggota kerajaan.
Keadaan ini tentu semakin menguntungkan Perkin. Semuanya seolah jatuh pada tempatnya: dengan kerja keras dan waktu yang menguntungkan, Perkin menjadi kaya raya dan dianugerahi gelar kehormatan sehingga namanya menjadi Sir William Henry Perkin, FRS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H