Sebenarnya aku sudah bertekad untuk tidak menerbitkan buku sekalipun banyak teman yang mendorongku untuk menerbitkan kumpulan artikel yang sudah kutulis selama ini.
Khusus untuk urusan menerbitkan buku, aku cenderung perfeksionis. Aku tidak ingin buku yang kuterbitkan isinya hanya republishing, atau menerbitkan ulang tulisan-tulisan yang pernah saya muat di berbagai blog.
Aku tidak ingin buku itu kelak hanya beredar di lingkungan teman sendiri, yang karena rasa tidak enak hati saja mereka mau menerima atau membelinya. Aku juga tidak ingin motivasi menerbitkan buku ini cuma karena gengsi semata, supaya dipandang orang masuk dalam daftar elit blogger/penulis yang pernah menerbitkan buku, meski cuma satu.
Bagiku, menerbitkan buku adalah puncak dari keterampilan seorang penulis. Maka, buku itu haruslah karya terbaik, tulisan terbaik dari sebuah proses menulis yang terbaik pula.
Tapi apa daya, dorongan dari teman-teman agar aku menerbitkan buku begitu kuat.
"Ayolah, artikelmu di Kompasiana kan sudah ribuan. Masak gak ada yang menarik dan bisa diterbitkan jadi buku?" kata mbak Anis Hidayatie mengipasi sekaligus menyemangati.
Akhirnya setelah merenung beberapa lama dan membaca ulang kumpulan file artikel yang sudah kutayangkan, aku pun tak kuasa menolak bujukan mbak Anis untuk menerbitkan buku. Agar buku ini terasa istimewa sekaligus bisa mendekati harapan yang sudah kutekadkan sebelumnya, artikel-artikel yang kupilih untuk diterbitkan dalam satu buku ini pun harus yang istimewa pula.
Satu Ramadan Bercerita
Sejak 2018, Kompasiana menyelenggarakan kompetisi blog maraton menyambut datangnya bulan Ramadan dengan tajuk Satu Ramadan Bercerita-Tebar Hikmah Ramadan. Jika diibaratkan, ini adalah event decathlon, bukan sekedar lari maraton saja. Selain harus konsisten menulis selama satu bulan penuh tanpa boleh berhenti, setiap peserta juga harus menulis tema yang berbeda setiap harinya.
Hanya peserta yang memiliki ketahanan fisik, ketahanan mental dan juga kreativitas ide yang luar biasa saja yang bisa bertahan sampai akhir kompetisi. Mungkin dari ratusan blogger di Kompasiana yang ikut, hanya tersisa puluhan Kompasianer yang bisa bertahan menulis sampai batas terakhir. Sebuah kompetisi menulis yang melelahkan, sekaligus sangat menantang dan berguna bagi diriku pribadi.
Pada penyelenggaraan kedua di 2019, keikutsertaanku di event Samber THR Kompasiana mendapat berkah yang luar biasa istimewa. Aku terpilih menjadi pemenang utama dan berhak mendapatkan hadiah sepeda motor matic!
Bagiku, ini adalah hadiah terbesar yang pernah kuterima selama keikutsertaanku dalam berbagai lomba blog. Di luar hadiahnya, rasa bangga muncul karena aku berhasil memenangkan kompetisi yang diikuti ratusan penulis dan blogger yang kompetensinya berkualitas tinggi.
Itu sebabnya ketika teman-teman mendorong dan menyemangatiku untuk menerbitkan buku, seketika terbersit keinginan untuk mengabadikan momen istimewa ini.
Yup, buku ini tak lain adalah kumpulan artikel-artikel yang kutulis untuk event blog competition Samber THR yang diadakan Kompasiana. Sekaligus judul bukunya pun kuambil dari akronim lombanya, Satu Ramadan Bercerita (minus THR-nya).
Meski republishing, kuperbaiki dulu tulisan-tulisan yang sudah dimuat. Baik dari sisi teknis maupun materinya. Aku ingin buku ini bisa bersifat evergreen, dalam arti bisa dinikmati setiap saat. Selain itu, ada pula beberapa tambahan informasi, terutama bagian yang membutuhkan referensi atau rujukan.
Buku ini tidak hanya republishing dari artikel-artikel yang kuikutkan dalam kompetisi Samber THR Kompasiana, baik di event 2019 maupun pada Ramadan yang baru saja berlalu, saat kita melaluinya di tengah pandemi Covid-19. Ada beberapa artikel lain yang juga sudah kutayangkan di bulan dan tahun yang sama, tapi tidak termasuk hitungan artikel kompetisi.
Ada 37 artikel yang kupilih, termasuk artikel-artikel fiksi (cerpen dan puisi). Karena temanya Ramadan, buku ini kususun secara kronologis. Maksudnya, urutan temanya dimulai dari menyambut Ramadan hingga perayaan Idulfitri.
Sebagai karya perdana, buku ini jauh dari kata baik apalagi sempurna. Masih belum bisa menyamai karya penulis-penulis lain yang kukagumi. Sebagaimana keterampilan menulisku yang juga belum setara dengan mereka.
Aku hanya berharap, buku ini bisa mengisi gelas kosong dengan pengetahuan bermanfaat, memotivasi dan inspiratif. Seperti halnya bulan Ramadan yang selalu memberi inspirasi bagi kita, bahwa sebenarnya kita dapat membiasakan diri hijrah ke hal-hal yang lebih baik.
Judul Buku: Satu Ramadan Bercerita, 37 Kisah dan Inspirasi RamadanPenulis: Himam MiladiCetakan Pertama: 2020Penerbit: Indocamp bekerja sama dengan Telaga Ilmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H