Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

3 Alasan Logis untuk Memutuskan Hubungan dengan Pasangan

14 Februari 2021   07:01 Diperbarui: 14 Februari 2021   07:08 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan yang sehat mensyaratkan kita dan pasangan bisa berada di halaman yang sama dan memahaminya dengan cara yang sama (unsplash.com/Everton Vila)

Ada dua jenis alasan seseorang memutuskan hubungan dengan pasangan: Alasan tidak logis dan alasan logis.

Untuk alasan tidak logis, Kompasianer Mbak Irmina Gultom sudah menuliskan dengan begitu jelas dan gamblang di artikelnya: Tiga alasan Mainsream yang Gak Masuk Akal untuk Putusin Pacar.

Ada yang karena merasa pasangannya terlalu baik, butuh istirahat sejenak dari hubungan yang serius, sampai merasa paling bersalah.

Ya, memang ada jenis pasangan yang memutuskan hubungannya karena alasan-alasan tersebut. Namun, lebih seringnya lagi, seseorang memutuskan hubungan dengan pasangan karena alasan-alasan yang logis alias masuk akal.

Tanpa perkenalan lebih lanjut, mari kita selami langsung alasan logis kita harus memutuskan hubungan dengan pasangan:

Pasangan Memperlakukan Kita dengan Buruk.

Sangat jelas bukan? Siapa yang mau mempertahankan hubungan bila pasangannya memperlakukan dirinya sangat buruk?

Masalahnya, kita seringkali membiarkan pasangan memperlakukan kita dengan buruk, padahal kita tidak suka diperlakukan begitu. Seringkali kita memaklumi perlakuan buruk tersebut, dengan alasan sudah kadung cinta. Pret.

Seperti apa perlakuan tersebut?

Tidak hanya sebatas kekerasan fisik, tapi juga "kekerasan mental" yang membuat jiwa kita rapuh justru saat kita sedang menjalin hubungan. Di antaranya:

  • Tidak diterima dan dihargai apa adanya
  • Harus melakukan upaya (ekstra) untuk sekedar dilihat dan dihargai
  • Diejek, dikritik, dan dipermalukan di depan orang lain,atau dengan kata lain tidak dihormati
  • Tidak menerima dukungan fisik, mental dan emosional saat kita membutuhkannya
  • Pasangan cenderung menghindari dan mengabaikan kita
  • Pasangan melanggar dan tidak menghormati batasan yang sudah kita tetapkan dalam menjalin hubungan

Setiap poin di atas ibaratnya bendera merah. Bendera yang akan berteriak bahwa jika kita menerima perlakuan seperti itu, maka kita harus secepatnya memutuskan hubungan dengan pasangan.

Memiliki pasangan yang memperlakukan kita dengan buruk tidak akan bisa membuat diri kita tumbuh dan berkembang. Kita juga tidak akan bisa rileks menikmati hubungan tersebut, menemukan kenyamanan dan keamanan bahkan hanya untuk sekedar berbaring dan menjadi diri sendiri.

Tidak mungkin pasangan yang memperlakukan diri kita dengan buruk dapat menciptakan hubungan yang sehat dan fungsional. Itulah mengapa satu-satunya pilihan agar kita tetap berakal sehat adalah pergi meninggalkannya.

Pasangan Kita Pembohong Patologis

Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sulit untuk mengubahnya. Begitu pula dengan seorang pembohong. Jika dia sudah terbiasa berbohong, sekecil apapun bentuk kebohongannya, maka sulit baginya untuk berkata dan bersikap jujur. Setiap kebohongan yang sudah dilakukannya akan ditutupi dengan kebohongan baru.

Begitu pula dalam hubungan percintaan. Jika pasangan kita terlalu sering berbohong, sekalipun kadang-kadang dia maksudkan untuk bercanda, tidak ada pilihan lain selain memutuskannya dengan segera.

Memangnya kamu mau dibohongi terus?

Orang yang suka berbohong jarang sekali mau berubah. Sebaliknya, mereka malah mengharapkan kita untuk menerima setiap kebohongan baru yang dia ciptakan. Orang yang seperti ini jelas tidak bisa menghormati diri kita, karena mereka bahkan tidak menghargai diri mereka sendiri. Mereka tidak layak dijadikan pasangan untuk sebuah hubungan percintaan yang menyehatkan.

Jangan sampai kita terjebak dalam setiap kebohongannya. Pilih kehidupan di mana kita tidak harus berperan sebagai detektif selama menjalin hubungan.

Pasangan Kita Berkhianat

Pengkhianatan tidak hanya seputar perselingkuhan. Dan, perselingkuhan tidak hanya berkutat pada hubungan intim secara fisik.

Pengkhianatan, pada dasarnya adalah momentum hilangnya kepercayaan yang sudah kita berikan pada seseorang.

''Pengkhianatan adalah ketika seseorang yang Anda percaya berbohong kepada Anda, menipu Anda, melecehkan Anda, atau menyakiti Anda dengan mengutamakan kepentingan pribadi mereka sendiri. Pengkhianatan mungkin merupakan kehilangan yang paling menghancurkan yang dapat dialami seseorang. "- Monica A. Frank

Mempertahankan hubungan dengan seseorang yang sudah mengkhianati kita ibaratnya menyatukan vas pecah dan beberapa bagiannya hilang. Kita memperbaiki vas tersebut dengan merekatkannya kembali. Bagian yang hilang kita ganti dengan sesuatu yang baru.

Kemudian, saat kita menuangkan air ke dalamnya, air akan merembes keluar di bagian yang rusak. Semakin lama, air di dalam vas akan berkurang karena terus merembes. Agar tetap penuh dan terisi, pada akhirnya kita terus mengisinya berulangkali.

Beginilah rasanya mempertahankan hubungan dengan kepercayaan yang rusak. Pertanyaan yang harus ditanyakan pada diri sendiri adalah: apakah layak untuk terus memperbaiki vas itu? Atau lebih baik kita membeli vas yang baru dan lebih bagus?

Kesimpulan

Hubungan yang sehat mensyaratkan kita dan pasangan bisa berada di halaman yang sama. Itu berarti kita dan pasangan dapat memahami hubungan dengan cara yang sama, yakni hubungan yang penuh kasih, saling menghormati, suportif, intim, emosional, berbagi dan memperluas ikatan dan visi serta cita-cita yang sama untuk mewujudkannya.

Jika salah satu tidak dapat melihat rasa hormat, keintiman, atau dukungan emosional sebagai bagian dari hubungan cinta sementara yang lain melihatnya, dan tidak ada kemauan untuk berubah, itu akan menjadi masalah besar di masa depan. Banyak hubungan percintaan dan pernikahan yang gagal berada dalam kondisi seperti ini. Karena pasangan itu tidak memeriksa dan menyelaraskan nilai-nilai mereka sejak awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun