"Dum.....dum...dum..."
Samar-samar telingaku menangkap suara dentuman. Tanganku yang tengah menari di atas papan ketik laptop langsung berhenti. Kulihat penanda waktu di laptop, pukul 00.30.
Suara seperti tembakan meriam itu terdengar dengan interval sekitar 5 detik per dentuman. Untuk memastikan pendengaranku baik-baik saja, aku lalu membangunkan istriku.
"Sudah subuh ta Mas?" tanya istriku sambil mengucek matanya.
"Belum, masih jam 12 malam. Kamu dengar suara dentuman gak? Barusan aku dengar dentuman berturut-turut."
Istriku mencoba menegakkan badan dan menyiagakan telinganya. Beberapa saat kemudian, telingaku kembali menangkap suara dentuman tiga kali berturut-turut.
"Iya, Mas. Ada dentuman. Apa ada gempa?" tanya istriku dengan raut muka khawatir.
"Gak tahu. Kalau gempa kan gak ada dentumannya. Mungkin Semeru lagi erupsi," jawabku.
Untuk memastikannya, aku lalu keluar rumah. Puncak Gunung Semeru memang bisa kulihat dari halaman depan rumah. Meskipun gelap, jika Semeru erupsi dan mengeluarkan lava pijar di puncaknya tentu akan terlihat dengan cukup jelas.
Dengan tubuh menggigil karena udara dingin, kuamati arah timur tempat Gunung Semeru berada. Tidak ada tanda-tanda apapun selain kegelapan yang menyelimuti malam.
Saat kembali ke kamar, kulihat istriku malah sibuk dengan ponselnya. Aku tahu, dia mungkin mencari tahu informasi dari teman-teman di grup WhatsApp atau di situs-situs berita.
"Kata Dik Fitri dia juga mendengar dentuman, Mas. Ini teman-teman di grup juga lagi pada tanya-tanya," kata istriku melaporkan hasil pemantauan sumber suara dentuman di media sosial.
Di dorong rasa penasaran dan tertular oleh sikap istriku, aku pun ikut-ikutan membuka ponsel. Beberapa grup WhatsApp yang kuikuti ramai membicarakan suara dentuman. Berbagai analisis terkait sumber suara dentuman dikeluarkan teman-temanku.
Ada yang menduga dentuman itu suara letusan Gunung Semeru. Ada pula yang menduga suara itu berasal dari Gunung Raung di Bondowoso yang beberapa hari lalu sempat menggeliat.
Beberapa teman menduga suara dentuman itu berasal dari meteor yang jatuh. Seperti peristiwa di Buleleng, Bali beberapa waktu lalu. Masyarakat di sana mendengar suara dentuman yang diduga berasal dari jatuhnya meteor ke laut.
Analisis ini tampaknya cukup masuk akal. Beberapa hari belakangan ini memang tersiar kabar di beberapa daerah ada meteor yang jatuh. Di Lampung, batu meteor atau meteorit yang baru jatuh di rumah seorang warga malah dianggap membawa berkah. Meteorit itu direbus dan air rebusannya diminum karena dianggap dapat menangkal beberapa penyakit, termasuk Covid-19.
Aku sendiri punya dugaan lain. Suara dentuman yang kudengar itu mirip dengan suara meriam yang ditembakkan. Aku menduga ada latihan militer di suatu tempat di daerah Malang Selatan. Soalnya, ketika aku masih sering pergi pulang dari Malang ke Bali, aku beberapa kali mendengar suara dentuman ketika melewati daerah sekitar hutan Baluran, Banyuwangi. Kata sopir bus, suara dentuman itu berasal dari tembakan meriam karena di Banyuwangi ada pusat latihan tempur marinir.
Di Malang sendiri ada daerah yang dijadikan pusat latihan militer. Yakni Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) 4 Marinir Purboyo. Puslatpur yang baru diresmikan Agustus 2020 lalu terletak di Pantai Kondang Iwak, Donomulyo, Kabupaten Malang.
Subuh menjelang, suara dentuman masih terdengar meskipun tidak sekeras sebelumnya. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, aku mencoba mencari informasi di situs-situs berita maupun media sosial.
Dikutip dari akun twitter Cityguide 911 FM, pak Rosyid dari Pusdalops Kabupaten Lumajang menginformasikan suara dentuman bukan berasal dari Gunung Semeru. Pihak pos pantau Semeru di Sawur sudah memastikan area puncak Semeru nihil ledakan dan guguran lava pijar.
Pihak BPBD Kota Malang ikut menginformasikan suara dentuman tidak berasal dari Gunung Raung. Menurut Azis, petugas call center BPBD Kota Malang, jarak Gunung Raung dengan Kota Malang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan suara gemuruh di puncaknya bisa terdengar sampai di wilayah Malang.
Akun twitter BMKG Juanda juga memastikan suara dentuman tidak berasal dari gempa bumi. Menurut catatan sensor BMKG di Pandaan, tidak ada anomali seismik selama periode dentuman.
Sampai tulisan ini kutayangkan, masih belum jelas apa penyebab terjadinya suara dentuman yang mengagetkan warga Malang Raya. Jika bukan karena letusan gunung berapi, juga bukan karena gempa bumi, maka tersisa dua alternatif dugaan: ada meteor yang jatuh di laut selatan, atau ada latihan militer di daerah Malang Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H