Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Terkena Musibah, Tetanggamu adalah Pahlawan Terdekatmu

24 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 24 Januari 2021   17:30 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga kerja bakti membenahi saluran air yang terputus akibat longsor (dokpri)

Senin (18/1) sore, di tengah hujan yang mengguyur sangat deras, kulihat mas Bintoro, tetangga yang tinggal di rumah pojok gang berjalan dengan tergesa-gesa menerobos tetesan air hujan. Naluriku langsung berdering mengingatkan ada sesuatu yang gawat.

Tak lama kemudian, mas Bintoro kembali lewat. Kali ini ada Pak Arif, ketua RT mengikuti di belakangnya. Tanpa menunda waktu, aku langsung mencegat mereka.

"Ada apa pak RT?"

"Rumah pak Bandi longsor. Ayok sekalian ikut bantu," jawab pak RT.

Aku langsung menyambar payung lalu mengikuti pak RT dan mas Bintoro yang sudah berjalan duluan. Benar saja, dari halaman pagar rumah pak Bandi kulihat pemandangan pepohonan sengon yang ada di bibir sungai Bango. Padahal, sebelumnya di sana ada pagar pembatas rumah dan bangunan kandang burung perkutut.

Tembok pembatas rumah pak Bandi hilang akibat longsor (dokpri)
Tembok pembatas rumah pak Bandi hilang akibat longsor (dokpri)

Bertiga, kami kemudian masuk ke rumah pak Bandi. Ternyata, yang kulihat tadi belum seberapa. Sebuah kamar yang difungsikan sebagai mushola dinding pembatas dan atap plafonnya ambrol. Hampir setengah bagian rumah Pak Bandi sebelah timur yang berbatasan langsung dengan tanah kosong daerah aliran sungai (DAS) Bango longsor. Malam itu juga, pak Bandi beserta keluarganya mengungsi ke tempat lain untuk menjaga kemungkinan terburuk.

Hujan yang mengguyur Kota Malang pada Senin (18/1) kemarin memang turun sangat lebat, di luar "kebiasaannya". Hampir 5 jam air dari langit terus mengguyur. Di beberapa tempat di Kota Malang, banjir tidak terelakkan lagi. Grup WhatsApp dipenuhi komentar dan foto serta video yang memperlihatkan warga Kota Malang terjebak di tengah arus banjir yang sangat kuat di jalan-jalan utama.

Tak hanya banjir, hujan deras juga mengakibatkan longsor di beberapa titik, bahkan menelan korban jiwa. Tercatat satu warga kelurahan Bunulrejo terseret banjir saat rumahnya di Perum Griya Sulfat longsor. Jasadnya ditemukan tiga hari kemudian di daerah Pagak, Kabupaten Malang.

Selasa pagi, saya dan Pak RT bersama beberapa warga lain menengok kondisi rumah pak Bandi yang longsor. Pak RT langsung menelpon Ketua RW 06 Lingkungan Kalimosodo yang kemudian diteruskan ke Pak Lurah.

Tak lama kemudian, Ketua RW datang menengok. Setelah menelpon ke beberapa pihak, pak RW mengatakan pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Malang juga sudah dihubungi dan akan segera datang untuk meninjau lokasi bencana.

Sembari menunggu kedatangan BPBD, warga bergotong royong membersihkan bekas longsoran di halaman rumah. Setelah agak bersih, baru diketahui saluran air warga buntu tertutupi tanah longsor. Beton bis yang jadi saluran pembuangan air hancur berantakan.

Beberapa pohon sengon yang terlalu dekat dengan rumah warga ditebang agar tidak roboh menimpa (dokpri)
Beberapa pohon sengon yang terlalu dekat dengan rumah warga ditebang agar tidak roboh menimpa (dokpri)

Pihak BPBD akhirnya datang sesaat kemudian. Setelah berkoordinasi dengan Ketua RW dan pak RT, BPBD memberi bantuan material agar bisa digunakan secepatnya untuk menahan longsoran tanah. Bantuan yang diberikan BPBD berupa 20 bronjong kawat, satu pick up batu kali, semen 5 sak dan karung untuk wadah tanah yang bisa digunakan sebagai penahan.

Lantas, siapa yang akan membangun atau menanam bronjong kawat agar bisa menahan longsor susulan?

Pihak BPBD dengan meminta maaf menjelaskan mereka hanya bisa memberi bantuan material. Sementara untuk pengerjaannya bisa dilakukan warga sendiri.

Seiring beranjaknya hari, banyak orang berdatangan ke rumah pak Bandi. Satu regu SAR yang sedang mencari korban longsor dari Bunulrejo bertanya-tanya apakah ada korban jiwa juga di tempat kami. Setelah kami jelaskan korbannya hanya ayam dan burung perkutut peliharaan pak Bandi, regu SAR melanjutkan pencarian di sepanjang sungai Bango.

Dari pihak Kelurahan Polehan, pak Lurah, Babinsa serta petugas dari Polsek Blimbing juga ikut datang. Untuk mencegah warga yang hendak melihat lokasi bencana, polisi akhirnya memasang police line agar warga tidak masuk terlalu dalam serta menjaga agar tidak ada warga yang jatuh mengingat tanah di bawah masih rawan longsong.

Hari itu juga, warga bergotong royong membersihkan sisa longsoran yang menutupi saluran pembuangan air. Setelah melihat kontur tanah dan konstruksi saluran air sebelumnya, kami pun memutuskan untuk membangun ulang saluran air serta menanam bronjong kawat untuk mencegah longsor susulan.

Karena keterbatasan tenaga, pembersihan sisa longsoran baru selesai 2 hari kemudian. Lingkungan RT kami mayoritas orang tua pensiunan, sementara tenaga mudanya terbatas. Syukurlah, warga yang masih muda-muda ini sukarela membantu meski harus diselingi dengan pekerjaan mereka sehari-hari.

Warga kerja bakti membenahi saluran air yang terputus akibat longsor (dokpri)
Warga kerja bakti membenahi saluran air yang terputus akibat longsor (dokpri)

Satu hal yang kami sesalkan, hingga hampir seminggu pasca bencana longsor belum ada tanda-tanda bantuan lebih lanjut dari pemerintah. Pihak Kelurahan Polehan yang kami hubungi mengatakan, pembenahan saluran air di lingkungan kami baru bisa dianggarkan di tahun 2022. Sementara untuk pembangunan plengsengan di sepanjang bibir sungai Bango, itu menjadi kewenangan dinas pengairan dan dinas PUPR. Satu-satunya bantuan yang kami terima hanya bahan material dari BPBD Kota Malang.

Meski pahit, kenyataan ini tak membuat kami patah arang. Warga sebisa mungkin memberi bantuan untuk membenahi saluran air mereka, sekaligus membantu membangun penahan longsor di bawah rumah Pak Bandi dan rumah Mas Bintoro yang terletak tepat di sebelahnya.

Musibah ini setidaknya memberi kami hikmah, bahwa dalam hidup manusia itu saling membutuhkan. Dalam Islam dikatakan, iman seorang muslim belum sempurna apabila ia mengabaikan tetangganya.

Tetangga kita adalah pahlawan terdekat apabila kita terkena musibah. Bukan tidak mungkin apabila kita terkena musibah, entah itu bencana atau kematian, tetangga kitalah yang pertama kali menolong kita. Bukan saudara kandung, bukan pula sahabat kental atau orang lain yang kita hormati dan kita andalkan. Karena itu, berbaik-baiklah dengan tetangga sekitar rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun