Suatu ketika, seorang konglomerat kaya raya yang dikenal gemar memamerkan gaya hidupnya di media sosial diwawancari seorang wartawan.
"Pak Richard, apa pandangan Bapak mengenai fenomena artis-artis yang memamerkan sumbangan mereka yang bernilai ratusan juta," tanya wartawan mengawali wawancaranya.
Sambil memamerkan jam tangan Bvlgari Magsonic Sonnerie Tourbillon-nya (jangan tanya harganya, bisa-bisa jiwa miskin kita memberontak), konglomerat itu menjawab, "Orang sekarang ini kalau mau pamer nanggung sekali."
"Maksud Bapak bagaimana?" tanya wartawan itu tidak mengerti.
"Ya, kalau saat memberi sumbangan niatnya sekalian pamer, contohlah istri saya. Dia posting foto sedang memberi donasi sambil menonjolkan tas Hermes-nya yang berharga 500 juta."
***
Percakapan di atas hanya imajinasi dan ilustrasi saja. Namun, harus diakui ada benarnya juga. Kalau niatnya pamer, sekalian saja kita pamerkan segala kemewahan yang kita miliki.
Tapi yang jadi permasalahan bukan itu. Benarkah bila ada seseorang memposting sedekah, atau bahkan amal ibadahnya di media sosial, orang itu niatnya pamer?
Atau, jangan-jangan hati kita yang iri hati dan dengki?
Mungkin, kita pernah membaca postingan teman-teman kita di media sosial seperti ini: