Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kebiasaanmu Menentukan Kesuksesanmu

20 Januari 2021   08:12 Diperbarui: 20 Januari 2021   08:30 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi keluar dari sebuah kantor dengan pandangan tertunduk lesu. Lamaran pekerjaannya ditolak.

Di ruang tamu kantor, Andi melihat beberapa kertas kusut berserakan di lantai. Dipungutnya kertas-kertas itu, lalu dibuangnya ke tempat sampah.

Tanpa sepengetahuannya, sepasang mata melihat Andi dari ujung koridor. Ketika Andi hendak melangkah keluar pintu kantor, pemilik sepasang mata itu bergegas melangkah dan memanggil Andi.

"Tunggu!"

Andi menoleh, dan melihat orang yang tadi mewawancarainya itu memanggil dirinya.

"Kamu yang namanya Andi Saputra?" tanya orang tersebut?

"Benar, Pak."

"Silahkan masuk ke ruangan saya. Ada yang mau saya bicarakan kembali," kata orang tersebut lalu berjalan ke ruangannya. Andi, yang terlihat kebingungan hanya bisa mengikuti dari belakang menuju ruangan yang baru tadi ia tinggalkan.

"Silahkan duduk," kata orang itu mempersilahkan Andi.

Andi menurut, duduk kembali di kursi yang permukaannya masih terasa hangat.

"Nah, Andi. Tadi saya sudah mewawancaraimu. Kalau menuruti hasil wawancara dan CV yang kamu berikan, kamu sebenarnya belum layak untuk bekerja di sini. Tapi...." orang itu berhenti sejenak. Tangannya membuka-buka berkas lamaran Andi. Kemudian ditatapnya Andi sambil tersenyum.

"Ada satu hal yang membuat saya mempertimbangkan kembali hasil wawancara tadi. Satu hal yang mampu mengubah keputusan saya, dari yang tadinya menolak lamaran kerjamu, menjadi keputusan terbaik bagimu. Selamat, kamu diterima bekerja di kantor ini."

Andi bengong. Tidak tahu harus berkata apa. Kalimat terakhir dari pimpinan kantor itu terdengar seperti sebuah bom besar yang mengejutkan hatinya.

"Maksud Bapak, saya diterima kerja?"

"Iya, kamu diterima kerja di sini," jawab pimpinan kantor itu masih tersenyum melihat tatapan Andi yang seolah tidak percaya.

"Maaf Pak. Kalau boleh tahu, apa yang mengubah keputusan Bapak ini? Mohon maaf Pak. Saya masih belum percaya. Baru saja Bapak bilang kualifikasi saya belum layak untuk bekerja di sini, tapi belum lewat beberapa jam Bapak memanggil saya kembali dan mengatakan saya diterima."

"Andi. Kalau hanya mempertimbangkan hasil wawancara dan membaca riwayat pekerjaan kamu sebelumnya, terus terang kamu memang belum memenuhi kualifikasi untuk menempati posisi yang dibutuhkan kantor saya.

Tapi, hasil wawancara dan CV seseorang tidak menjamin saya bisa melihat bagaimana pekerjaannya nanti. Apakah dia bisa bekerja dengan baik, apakah dia berkomitmen dengan pekerjaannya, apakah dia bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Itu semua tidak bisa saya lihat hanya dengan mewawancarai dan membaca resume pekerjaannya.

Ketika kamu melangkah keluar ruangan, lalu di ruang tamu kamu memungut sampah kertas yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah, saya mengamati apa yang kamu lakukan itu. Pengamatan saya inilah yang kemudian mengubah keputusan saya. Dari apa yang sudah kamu lakukan tadi, saya langsung tahu kamu punya kebiasaan baik. Kebiasaan yang saya yakin akan kamu lakukan di mana saja, dan memengaruhi etos kerjamu," jelas pimpinan kantor pada Andi.

***

Kebiasaanmu Menentukan Kesuksesanmu

James Clear, pengarang buku best seller Atomic Habit, menyebut judul bukunya "Kebiasaan Atom". Menurut James Clear, kebiasaan seseorang itu seperti atom. Ukurannya kecil, bagian dari keseluruhan hidup yang lebih besar. Meskipun berukuran kecil, atom adalah sumber energi yang luar biasa. 

Seperti atom, kebiasaan adalah sumber energi yang luar biasa untuk meraih kesuksesan (unsplash.com/Lala Azizli)
Seperti atom, kebiasaan adalah sumber energi yang luar biasa untuk meraih kesuksesan (unsplash.com/Lala Azizli)

"Hasil Anda dalam hidup adalah ukuran yang tertinggal dari kebiasaan Anda," katanya.

"Kebiasaan adalah bagian dari hidup Anda yang dapat Anda pengaruhi. Kebiasaan baik menjadikan waktu sebagai teman. Kebiasaan buruk menjadikan waktu sebagai musuh. "- James Clear

Kita semua memiliki kebiasaan. Ada perilaku tertentu yang selalu kita ulangi setiap hari dalam hidup kita.

Setiap hari kita bangun tidur. Setelahnya, ada yang langsung melihat ponsel, tangannya menggulirkan umpan berita di media sosial. Ada pula yang ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Kemudian ada yang melanjutkannya dengan bersih-bersih rumah, atau bersantai membaca buku. Ada pula yang langsung membuka laptop, menyalakannya lalu berselancar di dunia maya. Semua aktivitas ini selalu kita ulangi. Dalam urutan yang sama atau dengan variasi yang berbeda.

Kebiasaan inilah yang menentukan hasil dari kehidupan kita. Pola perilaku kita menentukan takdir. Kebiasaan kita dapat mengarahkan kita pada ketenaran, kekayaan, dan kesuksesan.

Kebiasaan kita juga bisa membuat kita depresi, kesepian, dan cemas berlebihan. Kebiasaan kit bisa menjatuhkan kita ke dalam kemiskinan, kegelapan, bahkan mendorong kita jatuh ke jurang kehinaan.

Seperti kisah Andi di atas, untuk memperoleh kesuksesan sangat mudah. Cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Kebiasaan kita adalah senjata utama dalam perjuangan seumur hidup kita untuk mendapatkan makna kehidupan dan kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun