Para ahli etimologi kemudian membuktikan bahwa kata Aesop dan Aethiop tidak memiliki kesamaan, tetapi gambaran kulit gelapnya bertahan selama beberapa abad. Orang yang pertama kali mendeskripsikan Aesop sebagai budak kulit hitam adalah Maximus Planudes, biarawan, penerjemah dan sarjana dari Konstantinopel yang hidup di abad ke-13, dua ribu tahun setelah masa kehidupan Aesop.
Maximus Planudes adalah penerjemah terbaik bahasa Yunani dan Latin pada masanya. Dia menulis banyak karya dan "Aesop's Life" hanyalah salah satu di antaranya.Â
Sekalipun kemampuan linguistiknya sangat cemerlang, namun pemahaman sejarahnya justru sangat meragukan. Itu sebabnya deskripsinya tentang Aesop yang digambarkan sebagai orang kulit hitam yang bungkuk dengan suara yang sangat tidak menyenangkan juga diragukan ketepatannya.
Aesop hidup di masa di mana kebebasan berbicara telah diberikan kepada setiap orang yang bebas. Terlahir sebagai budak yang kemudian menjadi orang merdeka, Aesop diyakini menghargai nilai ini.
Masalahnya, saat itu demokrasi belum tercipta. Pada masanya, para penguasa adalah tiran dan kebanyakan dari mereka tidak suka mendengar kritik apa pun di akun mereka. Jika seseorang ingin mengkritik sistem dan kondisi politik yang ada di masyarakat, dia harus melakukannya dengan sangat hati-hati.
Maka, berbicara melalui alegori dan dongeng adalah cara sempurna untuk menyebarkan ide-ide yang bisa berbahaya bagi pengarangnya. Itulah satu-satunya alasan yang tepat untuk menjawab keraguan mengapa selama masa hidupnya Aesop bisa sangat produktif menciptakan 720 dongeng binatang.
Kematian dan Kutukan Aesop pada Kota Delphi
Bakat mendongengnya yang luar biasa akhirnya didengar oleh raja Croesus dari Lydia. Aesop kemudian ditunjuk menjadi penasihat raja yang dikenal sangat kaya ini. Dalam beberapa kesempatan, Aesop sering menemani raja Croesus bepergian ke berbagai daerah.
Ketika sedang menjalankan sebuah tugas dari Croesus di kota Delphi, warga Delphi menuduh Aesop mencuri makanan dari kuil Apollo. Aesop ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan cara dilempar dari tebing.Â
Sebelum dieksekusi, Aesop menyampaikan kata-kata terakhirnya, "Kamu bisa membunuhku, tapi kematianku akan dibalas dengan kemalangan besar."Â
Kutukan Aesop menemui kenyataan. Setelah dia meninggal, kota Delphi selalu diselimuti banyak masalah. Situasinya baru mereda setelah warga Delphi membangun sebuah kuil yang didedikasikan untuk Aesop, dan para eksekutor yang ikut melempar Aesop ke tebing dihukum mati. Tahun kematiannya disebutkan oleh Aristoteles terjadi pada 564 SM.