Konten (isi), atau tampilannya?
Apakah isinya bagus, tapi tampilannya berantakan? Atau isinya biasa saja, tapi caraku menyajikan secara online begitu bagusnya?
Pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan di atas adalah cara mengetahui estetika tulisan. Sama seperti saat kamu memilih makanan. Meski rasanya enak tapi kalau cara penyajiannya berantakan, tentu seleramu berkurang atau malah hilang. Dengan kata lain, sesuatu bisa dinikmati dengan enak kalau mengandung nilai estetika yang baik.
Dalam artikelku ini, aku membahas masalah estetika tulisan, bagaimana sebuah tulisan itu enak dibaca (dan perlu). Dalam memperbaiki estetika tulisan agar banyak orang mau membacanya, kamu hanya perlu melakukan 3 langkah. Aku pribadi suka proses menulis, tak hanya merangkai kata-katanya, tapi sekaligus proses menyajikannya. Ini adalah seni menulis yang tidak banyak diketahui dan dihargai.
Tidak Semudah itu Menghasilkan Uang dari Tulisan
"Kak, kalau menulis di Kompasiana bisa dapat uang ya?" tanya seorang gadis muda di perpesanan Instagram.
"Iya, ada program namanya K-Rewards. Jadi kalau menulis di sana nanti bisa mendapatkan reward berupa uang."
"Bagaimana caranya kak?"
"Bla bla bla..."
Banyak generasi calon blogger terbaru datang dengan penuh dengan semangat, sekaligus ketidaksabaran. Akibat banyaknya bahan bacaan yang mengatakan "cara mudah menghasilkan uang dari blog" atau "cara mengubah tulisan menjadi cuan", mereka terlalu bersemangat dan menganggap formula untuk bisa menjadi blogger yang sukses itu dapat mereka terapkan. Mereka menganggap bahwa blogging dan menulis adalah cara terbaik untuk menghasilkan uang bagi banyak orang.
Padahal, formula itu tidak berlaku untuk semua orang. Tidak semua orang akan sukses menjadi blogger atau penulis konten. Tidak semudah itu menghasilkan uang dari tulisan. Tidak benar bahwa siapa pun dapat menjadi blogger yang sukses secara finansial hanya dengan kemauan atau keinginan saja.
4 Alasan Pagi Hari Waktu yang Tepat untuk Menulis
Kapan waktu yang tepat untuk menulis?