Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sukses Mencapai Resolusi Tahun Baru dengan Matematika Serbet

2 Januari 2021   08:31 Diperbarui: 2 Januari 2021   08:38 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inti dari matematika serbet yang terlalu sederhana dan naif ini adalah untuk mulai bergerak (ilustrasi: istockphoto)

Sewaktu bekerja sebagai tenaga penjualan, saya diajari untuk membedah angka target penjualan secara realistis. Misalnya bulan ini harus mencapai target 1 milyar, maka angka ini harus dibedah hingga ketemu berapa target hariannya. Dari target harian ini, dibedah lagi menjadi berapa penawaran yang harus dibuat, berapa calon pelanggan potensial yang bisa didapat, dan berapa kontrak penjualan yang bisa dibuat. Manajer saya mengatakan ini adalah matematika serbet (napkin mathematics). 

Dalam dunia marketing dan finansial, "Matematika serbet" adalah tindakan melakukan perkiraan (biasanya yang bersifat finansial) untuk secara kasar menentukan kelayakan atau validitas suatu hasil atau fakta.

Konsep matematika serbet ini bisa juga kita lakukan dalam mencapai resolusi tahun baru. Jika kita ingin mencapai tujuan terbesar, yang harus kita lakukan adalah mengubahnya menjadi angka dan membaginya dengan 365.

Misalnya, resolusi tahun ini adalah ingin menerbitkan buku baru. Tetapkan berapa jumlah halaman bukunya. Katakan saja kita berencana menulis buku 365 halaman. Maka jika kita ingin buku itu selesai dan bisa diterbitkan, mulailah menulis satu halaman per hari.

Inti dari matematika serbet yang terlalu sederhana dan naif ini bukanlah untuk menyelesaikan rencana tujuan atau resolusi kita. Intinya adalah mulai bergerak.

Kebanyakan orang tidak dapat mencapai resolusi atau tujuan terbesar mereka karena mereka tidak pernah memetakan jalannya.

"Tahun ini saya ingin menulis dan menerbitkan buku!"

Kira-kira, resolusi semacam ini jelas apa tidak?

Sudah tentu sangat tidak jelas. Buku apa? Berapa halaman? Lalu yang lebih penting lagi, bagaimana cara kita bisa mencapai resolusi tersebut?

Tanpa peta, kita tidak dapat pergi dari titik A ke titik B. Tanpa peta perencanaan yang jelas, kita tidak tahu langkah mana yang harus diambil terlebih dahulu dan selanjutnya. Tidak ada peta, tidak ada titik awal keberangkatan dan titik akhir tujuan. Tanpa peta, mobil kita hanya tetap berdiam di jalan.

Buatlah peta. Meskipun peta itu buruk, bukan rute tercepat, atau salah, itu tetap akan membantu kita sampai di tempat tujuan karena sekarang akhirnya kita bisa mulai berjalan.

Sebuah buku memiliki banyak halaman. Misalkan buku kita punya 365 halaman. Itu artinya satu halaman per hari selama setahun. Mudah kan? Dari super-samar hingga sangat spesifik dalam dua detik.

Bagaimana bila setelah duduk menghadap laptop, lalu ternyata hanya bisa menulis setengah halaman saja, bukan satu halaman seperti rencana semula?

Tidak masalah. Kalau kemampuan kita hanya bisa menulis setengah halaman per hari, maka jalur di peta itu harus kita sesuaikan. Sekarang bukan lagi satu halaman per hari selama setahun, melainkan setengah halaman per hari selama 2 tahun!

Orang pintar tahu bahwa mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan perencanaan, melainkan tindakan.

Rencana bisa berubah setiap saat. Tetapi tetap harus ada. Dalam hukum fisika, setiap obyek yang bergerak cenderung tetap bergerak sekalipun ada halangan.

Begitu pula dengan manusia. Untuk mencapai tujuan, harus ada tindakan yang didasarkan pada satu perencanaan yang jelas dan terukur. Jalan dengan kepastian tertinggi untuk mencapai tujuan apa pun adalah dengan menentukan tindakan kecil, harian, berulang - dan melakukannya setiap hari.

Jangan puas dengan ketidakjelasan. Jika kita cukup puas hanya dengan idenya saja, impian kita sudah mati di dalam air. Jangan biarkan mimpimu mati di dalam air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun