"Jangan dilepaskan dari tangan, barang yang telah ada, karena mengharapkan barang yang jauh. Seorang mukmin mensyukuri nikmat yang telah ada dalam tangannya dan menerima dengan mensyukuri bilamana mendapatkan tambahan lagi." - Buya Hamka
Kita selalu mendambakan apa yang tidak  atau belum kita miliki. Bentuk tubuh yang langsing, rekening di bank yang gemuk (bila perlu tak akan habis tujuh turunan). Mobil yang lebih mewah, rumah yang lebih besar dan modern. Bahkan, kadang-kadang ada saja yang menginginkan suami yang lebih tampan atau istri yang lebih cantik. Benar tidak?
Itu normal, karena hakikatnya manusia memang diciptakan dengan hawa nafsu. Tapi, kalau kita terlalu sering menginginkan sesuatu yang belum kita miliki, kita tidak menyadari apa yang sudah kita capai selama ini.
Hargai apa yang sudah kita miliki alih-alih menginginkan apa yang belum kita miliki. Dengan begitu, kita bisa  fokus pada apa yang membuat kita bahagia alih-alih apa yang membuat kita khawatir. Kurangi mengeluh, perbanyak bersyukur, dan kita dapat mengganti kekhawatiran dengan kebahagiaan.
Fokus pada apa yang dapat kita kontrol, bukan pada apa yang tidak dapat kita kendalikan
Kita tidak dapat mengontrol cuaca. Tetapi kita dapat memutuskan apakah kita akan memakai jas hujan atau apakah kita memiliki rencana cadangan jika hujan turun.
Kita tidak dapat mengontrol lalu lintas. Tetapi kita dapat memutuskan apakah kita pergi lebih awal atau ngopi dulu di warung sebelah, lalu berangkat dengan ngebut di jalanan dan mengomel saat terjebak macet. Â
Kita tidak dapat mengontrol pandemi Covid-19. Tetapi kita dapat memutuskan apakah kita mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, dan memanfaatkan waktu luang yang tersedia dengan baik.
Jangan khawatir tentang apa yang ada di luar kendali kita. Sebaliknya, fokuslah pada apa yang bisa kita lakukan.
Saat kita mengubah perspektif, dua hal terjadi. Pertama, kita tidak akan terlalu khawatir. Kedua, kita akan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk hal-hal yang dapat kita pengaruhi.
Fokus pada fakta, bukan emosi
Setiap kali menghadapi masalah, emosi negatif kita selalu terlibat. Marah, jengkel, sedih. Seolah-olah Tuhan sudah berbuat tidak adil bagi kita.
Ya memang begitulah kenyataannya. Ini adalah mekanisme umpan balik yang digunakan otak kita untuk memberitahu apakah peristiwa yang terjadi di sekitar kita baik atau buruk. Masalahnya adalah, kita sering membiarkan emosi negatif ini menguasai diri kita.