Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Meski Gratis, Saya Memilih untuk Tidak Disuntik Vaksin Sinovac

17 Desember 2020   17:48 Diperbarui: 5 April 2021   15:48 6748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini juga ditegaskan Sekretaris Bio Farma, Bambang Heriyanto yang mengatakan belum ada rilis laporan efikasi atau hasil uji klinis dari Sinovac.  Bio Farma merupakan BUMN yang ditunjuk pemerintah sebagai distributor dan mitra kerjasama dengan Sinovac Biotech.

"Sampai saat ini belum ada rilis terkait dengan efikasi atau hasil uji klinis. Mau efikasi atau inhomogeneity, jadi efektivitas itu belum ada yang disampaikan tim klinis karena nanti hasil uji klinis ini akan dilaporkan oleh tim uji klinis vaksin covid-19 kepada BPOM," katanya.

Dia mengatakan data interim akan disampaikan kepada BPOM pada Januari mendatang untuk mendapatkan skema penggunaan vaksin dalam keadaan darurat (emergency authorisation use).

Lebih jauh, permintaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang meminta presiden beserta jajarannya disuntik vaksin terlebih dahulu juga menyiratkan pesan tersembunyi, bahwa IDI belum sepenuhnya percaya dengan keunggulan vaksin Sinovac. Logikanya, jika vaksin Sinovac memiliki tingkat efikasi yang tinggi, IDI tanpa ragu tentu akan mengampanyekan vaksinasi massal, apalagi ketika pemerintah sudah menjamin gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Logikanya lagi, jika Sinovac efektif, pemerintah Cina tentu akan melakukan vaksinasi massal pada rakyatnya dengan vaksin Sinovac. Nyatanya, pemerintah Cina malah memesan 100 juta dosis vaksin Pfizer BioNTech untuk rakyatnya.

Sejauh ini, baru Indonesia dan Brasil yang sudah memesan vaksin Sinovac. Bahkan pengiriman pertama Sinovac sudah tiba di Indonesia pekan lalu. Sementara pemerintah Brasil malah memutuskan untuk menunda penerbitan laporan data kemanjuran vaksin Sinovac. Data akan dirilis pada Rabu (23/12), lebih lambat delapan hari dari yang direncanakan.

Penundaan tersebut muncul setelah lembaga kesehatan Brasil, Anvisa, menuduh Sinovac menggunakan kriteria yang "tidak transparan" untuk mendapatkan persetujuan darurat atas vaksin CoronaVac.

"Kriteria Cina yang diterapkan untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat di Cina tidak transparan," kata Anvisa dalam sebuah pernyataan.

Atas dasar fakta-fakta tersebut, banyak dokter menyarankan agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan, sekalipun sudah disuntik vaksin Sinovac. Tetap memakai masker, mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Bagi saya pribadi, saya cenderung memilih untuk mengikuti saran para dokter tersebut. Sekalipun nanti pemerintah  menggratiskan vaksinasi yang menggunakan vaksin Sinovac, saya memilih untuk tidak ikut divaksin. 

Jika tidak diwajibkan negara untuk ikut vaksinasi, lebih baik saya tetap menjaga imunitas tubuh dan menerapkan protokol kesehatan, sembari menunggu adanya vaksin lain yang sudah terbukti efikasi dan efektivitasnya dibandingkan vaksin Sinovac.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun