Dikisahkan, malaikat pencabut nyawa hendak menjemput jiwa seorang alim nan soleh. Karena ketaatan dan ibadahnya yang nyaris sempurna, orang alim ini diberi keistimewaan dapat melihat dan berbincang langsung dengan sang Maut.
Ketika Maut itu datang kepadanya, orang alim ini berkata,
"Kamu itu lho, datang tanpa ada pemberitahuan. Mbok iya, kalau kamu mau mencabut nyawaku, beri tanda-tanda biar aku bisa menyiapkan amal ibadahku dan bertobat meminta ampun atas segala dosa-dosaku."
"Lho, bukankah aku sudah memberi tanda-tanda dan peringatan?"
"Mana?" tanya orang alim itu ngeyel.
"Beberapa sanak saudaramu telah kujemput terlebih dahulu. Entah melalui sakit atau tidak. Memang, aku memanggil siapapun yang dikehendaki-Nya tanpa syarat. Kalau sudah jadwalnya dipanggil, ya aku datang menjemputnya.
Begitu pula dengan dirimu. Meski kedatanganku tiba-tiba, sesungguhnya jauh-jauh hari aku sudah memberi petunjuk agar kamu bisa menyiapkan bekal untuk menghadap-Nya. Rambutmu sudah memutih. Tubuhmu mulai ringkih. Jalanmu mulai terasa berat. Kurang apalagi?"
***
Setiap yang bernyawa pasti akan menghadapi kematian. Kapan waktunya, kita tidak akan pernah tahu. Namun, sebagaimana kisah di atas, Allah yang Maha Pemurah sudah terlalu sering memberi tanda-tanda pada kita.
Masalahnya adalah, sadarkah kita?
Sadarkah tanda-tanda itu ditujukan bagi kita untuk menyiapkan bekal menghadapi kematian?
"Maka, apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami ciptakan kalian secara main-main (saja), dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al Mu'minun: 115)
Betapapun panjang usia kita, bahkan mencapai beribu-ribu tahun, tak akan cukup untuk membalas segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita. Tak akan cukup untuk berbakti kepada-Nya, begitu pun untuk menghasilkan karya yang disukai-Nya.
Karena itu, khawatirlah kita akan saat-saat yang sudah berlalu, khawatir akan segala ucapan dan perbuatan yang tergelincir dari jalan yang seharusnya.
Andai kehidupan ini milik kita sendiri, maka menghindarkannya dari segala keburukan dan bencana itu memang sudah semestinya. Apalagi jika kehidupan ini merupakan titipan, dan yang menitipkannya itu Allah, yang akan menanyakan kepada kita nanti.
"Ma taquulu li Robbika ghodan?
"Apa yang akan kau katakan pada Tuhanmu nanti?"
Jangan terlambat. Sediakanlah jawaban itu mulai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H