Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencegah Kemungkaran Lebih Berat daripada Mengajak pada Kebaikan

2 Desember 2020   19:52 Diperbarui: 2 Desember 2020   20:01 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak pendakwah yang mengajak pada kebaikan, namun sedikit sekali pendakwah yang mencegah kemungkaran (ilustrasi:javanewsonline.com)

"Hei, ayo ke masjid. Awas kalau tidak!"

Kira-kira kalau kita berkata seperti itu, orang yang kita ajak mau nggak?

Begitu pula, mencegah kemungkaran atau melarang kemaksiatan lebih efektif dilakukan dengan ketegasan, atau bila perlu kekerasan. Melarang kemaksiatan dengan kelembutan, itu kurang efektif.

"Ayo dong, jangan main judi dan mabuk-mabukan."

Kira-kira, yang main judi dan mabuk-mabukan mengikuti saran kita atau tidak?

Dalam Al Quran, Allah juga mengancam ahli maksiat dengan kekerasan. Dari munculnya bencana hingga konsekuensi masuk neraka.

Setiap umat memiliki karakter yang berbeda. Ada yang lemah lembut, hingga saat berdakwah pun kita harus lemah lembut pula. Ibarat bayam, memasaknya pun harus dengan kelembutan bila tidak ingin ambyar.

Ada juga umat yang keras hati dan bawaannya ingin melawan. Ibarat kelapa, untuk mengupas kulitnya harus dengan senjata yang tajam.

Dari Anas bin Malik, dia bertanya: "Ya Rasulullah, adakah kami tidak memerintahkan orang untuk mengerjakan kebaikan sehingga kami mengerjakan kebaikan itu seluruhnya? Dan adakah kami tidak mencegah orang itu dari dari mungkar sehingga kami menjauhi kemungkaran itu seluruhnya?".

Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Bahkan perintahkanlah kebaikan walaupun kamu belum mengerjakan kebaikan itu seluruhnya dan cegahlah dari yang mungkar walaupun kamu belum menjauhi seluruhnya" (HR. Muslim).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun