Perusahaan farmasi Pfizer memimpin "perlombaan" vaksin Covid-19. Laporan terakhir menyebutkan kumpulan hasil pertama dari uji coba vaksin corona tahap akhir Pfizer memiliki tingkat efektivitas 95% dan tidak memiliki efek samping yang serius.
Ini berarti Pfizer hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun untuk menciptakan vaksin dari jenis virus yang sama sekali baru. Dalam sejarah kesehatan, tidak ada vaksin yang proses pembuatannya memiliki kecepatan kemajuan seperti ini.
Bila dibandingkan dengan vaksin pertama yang dibuat umat manusia, perkembangan kemajuan vaksin Covid-19 terasa menakjubkan. Sebagai informasi, umat manusia membutuhkan waktu ribuan tahun untuk menemukan vaksin cacar!
Variolasi, Prosedur Pertama Imunisasi Manusia Terhadap Penyakit Cacar
Kasus cacar (variola) paling awal yang diketahui berasal dari timur laut Afrika ribuan tahun yang lalu. Mereka yang tertular menderita kerusakan pada kelenjar getah bening, sumsum tulang, dan sel kulit serta menunjukkan gejala seperti muntah, demam, dan ruam. Keropeng (koreng) dan bekas luka seumur hidup adalah ciri khas dari mereka yang mengidapnya.
Menurut legenda Cina, pengobatan pertama melawan penyakit cacar diketahui berasal dari seorang biarawan Buddha pada 1022 M. Biarawan dari pegunungan barat daya Cina ini menganjurkan orang untuk menghirup bentuk virus yang telah dilemahkan.
Virus yang sudah dilemahkan ini dibuat dari keropeng variola yang digiling hingga halus seperti bubuk, lalu dihirup melalui hidung. Meski terlihat menjijikkan, cara ini ternyata berhasil menghasilkan kekebalan.
Prosedur serupa dilakukan oleh para dokter pada awal 1700-an. Dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dari Inggris, cairan dari bintil koreng cacar ditempelkan pada goresan kecil di lengan orang yang belum terinfeksi untuk menghasilkan kekebalan. Permaisuri Rusia, Catherine yang Agung pernah menerima suntikan bintil koreng cacar ini dari dokter Inggris terkenal Thomas Dimsdale pada 1768.
Dalam dunia kedokteran, kedua prosedur tersebut disebut variolasi atau inokulasi, dan membuktikan bahwa mereka yang diinokulasi dengan sisa-sisa cacar tidak dapat terinfeksi kembali. Sayangnya, selain komplikasi dari penggunaan bahan yang tidak steril pada saat itu, cukup banyak orang yang setelah diinokulasi malah mendapatkan cacar parah yang membuat mereka cacat. Bahkan tingkat kematian karena terinfeksi koreng cacar ini mencapai sekitar 3%.
Meski begitu, prosedur pencegahan cacar seperti ini tetap digunakan hingga kemudian Edward Jenner membawa hasil penemuan yang menakjubkan yang mampu menghapus cacar dari muka bumi.