Istilah habib ini secara sosial, lazim disematkan bagi mereka yang memiliki jalur keturunan (nasab) ke 'Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-Zahra, putri Baginda Nabi Muhammad SAW. Istilah sosial sebagai keturunan Rasulullah ini sepadan dengan gelar syarif (orang yang mulia, feminimnya syarifah) dan sayyid (tuan, feminimnya sayyidah). Umumnya disematkan pula marga di belakang nama para habib ini, seperti Basyaiban, Baraqbah, Al-Aydrus, Al-Haddad, Al-Attas, As-Segaf, As-Shihab dan sebagainya.
Atas dasar terminologinya, seseorang yang bergelar 'habib' dipandang terhormat oleh umat Islam sejak dahulu kala. Bukan hanya sebab nasab, tetapi juga karena kiprah dakwah mereka dalam penyebaran Islam di penjuru dunia termasuk Indonesia.
Pengikisan Makna Gelar Gus, Ustadz dan Habib
Belakangan, beberapa gelar atau sebutan khas dalam kerangka sosial masyarakat Islam di Indonesia ini memiliki pengikisan makna. Seseorang bisa dengan mudahnya mendapat panggilan "Gus", "Ustadz" bahkan "Habib" sekalipun.
Orang yang bukan keturunan laki-laki dari kiai yang cukup terpandang bisa dipanggil "Gus". Pengajar baca tulis Al Quran di TPQ, pengajar di madrasah diniyah, atau pendakwah dan penceramah agama yang diorbitkan televisi biasa dipanggil "ustadz" atau "ustadzah".
Ada yang keberatan?
Tentu saja tidak. Sah-sah saja kok gelar itu disematkan ke siapapun juga. Karena tidak ada aturan baku yang tertulis yang membatasi siapa saja yang berhak menyematkan gelar panggilan tersebut.
Cara Mengetahui Keaslian Habib
Namun, berbeda dengan gelar "habib". Gelar ini, selain punya kualifikasi yang sangat berat juga tercatat resmi!
Keterpeliharaan garis keturunan habaib (bentuk jamak dari habib) dicatat dengan rapi oleh lembaga-lembaga pencatat nasab (naqib) yang ada di masing-masing wilayah. Di Indonesia sendiri, lembaga ini bernama Maktab Daimi yang bernaung di bawah payung organisasi Rabithah 'Alawiyyah.
Jadi, kalau mau memeriksa keaslian seorang habib, tak perlu repot-repot melakukan tes DNA. Cukup datang saja ke kantor pengurus Rabithah 'Alawiyyah, lalu telusuri catatan habib yang dimaksud.
***
Hakikatnya, setiap kata memiliki tempat sesuai maknanya masing-masing. Apalagi kata itu disematkan sebagai gelar. Dengan menempatkan kata itu sesuai maknanya, kita bisa menghindari kesalahan penyematan gelar. Benarkah orang itu pantas menyandangnya, dan bukan dari penampilan luar atau pencitraan belaka.