Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Sekolah Tempat Aku Belajar Kesabaran

18 November 2020   07:09 Diperbarui: 18 November 2020   07:16 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari Ibu aku belajar bahwa sabar itu keindahan, kosakata yang paling menentramkan (dokpri)

Setelah tiga kali melanggar janjinya untuk bersabar, Nabi Khidir lantas menjelaskan pada Nabi Musa tindakan-tindakannya tersebut.

"Perahu itu milik orang miskin dan Nabi Khidir a.s merusaknya karena di pelabuhan yang mereka singgahi ada seorang raja yang suka merampas perahu-perahu bagus. Sementara anak muda yang dibunuhnya adalah seorang kafir yang dikhawatirkan kelak akan memaksa kedua orangtuanya yang mukmin untuk beralih pada kekafiran. Sedangkan rumah rusak yang diperbaiki olehNabi  Khidir a.s itu adalah milik dua anak yatim keturunan seorang lelaki yang saleh. Di bawah lantai rumah tersimpan harta yang dikehendaki Allah SWT akan ditemukan keduanya saat dewasa kelak sebagai bagian dari rahmat-Nya," jelas Ibu menutup kisah Nabi Musa yang belajar pada Nabi Khidir.

***

Ibu sekolah pertamaku belajar kesabaran. Inilah satu hal penting yang aku pelajari dari sosok ibuku. Seumur hidup aku tinggal bersama Ibu, belum pernah aku menyaksikan Ibu marah dan membentak anak-anaknya, betapapun nakalnya kelakuan mereka.

Menurut Ibu, apa yang terucap dari mulut orangtua kepada anaknya adalah doa. Prinsip ini benar-benar dipegang oleh Ibu hingga Ibu tak mau terpeleset mengatakan sesuatu yang buruk kepada putra-putrinya.

Sabar juga akan menuntun seseorang pada kehati-hatian, tidak tergesa-gesa dalam mengambil tindakan atau keputusan. Sikap berhati-hati, menurut Ibu tidak hanya untuk masalah keduniaan semata. Tidak hanya ditujukan dalam hubungan antar manusia. Namun sikap hati-hati, kata Ibu juga harus ditujukan saat kita berhubungan dengan Sang Pencipta. Manusia itu mudah lupa dan mudah pula lengah. Maka, sikap sabar dan hati-hati inilah yang harus dikedepankan.

Dalam hubungan dengan Sang Pencipta, sikap sabar tersebut dimaksudkan Ibu supaya kita tidak mudah lupa untuk bersyukur atas segala nikmat yang sudah kita peroleh. Bahwa semua rezeki yang kita dapatkan tak lain adalah buah pemberian-Nya. Semakin banyak rezeki, semakin besar pula godaan terhadap kita untuk jauh dari Sang Pencipta.

Sikap sabar juga akan menjadikan kita untuk tidak mudah putus asa dalam menghadapi ujian hidup dari-Nya.

"Allah memberi ujian hidup itu karena tahu kamu kuat menghadapinya," kata Ibu setiap kali aku datang bersimpuh mengeluhkan segala persoalan hidup yang kuhadapi. Lalu dikutipnya ayat terakhir surah Al Baqarah yang menerangkan Allah tidak akan membebankan sesuatu melebihi kemampuan Hamba-Nya.

Kesabaran yang ditunjukkan Ibu kadang tidak bisa dibedakan dengan sikap 'nrimo ing pandum', menerima apa adanya. Seperti ketika sedang sakit, Ibu paling malas kalau diajak berobat ke dokter.

"Sakit itu datangnya dari Allah. Ya kepada Allah saja lah Ibu meminta kesembuhan," kata Ibu setiap kali aku atau saudara yang lain mengajaknya berobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun