Untunglah sebelum terjadi apa-apa, aku yang saat itu sedang tidur di kamar terbangun begitu mencium bau gas yang cukup tajam. Kumatikan kompor dan kutengok ibu di kamar dengan maksud memberitahu, namun yang kulihat ibu malah tertidur pulas.
Kejadian-kejadian seperti itu sudah menjadi rutinitas harian selama 6 bulan terakhir. Kondisi ini membuat aku tak bisa lagi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah sebagaimana yang semestinya dilakukan laki-laki kepala keluarga.
Sejak 2 tahun terakhir, pekerjaanku sebagai fasilitator pelatihan digital untuk UMKM memang lebih banyak dilakukan dari rumah. Situasi pandemi membuat pelatihan yang biasanya diselenggarakan tempat-tempat pertemuan tidak bisa lagi dilakukan. Seperti yang dilakukan banyak perusahaan, pelatihan-pelatihan semacam ini akhirnya dilakukan secara online.
Di luar itu, aku juga menulis konten untuk beberapa perusahaan yang selama ini jadi klien-ku. Aku juga masih menyempatkan waktu untuk memberi bimbingan penulisan bagi guru-guru, bersama dengan beberapa teman yang tergabung dalam Komunitas Penulis Buku Malang Raya (Komalku).
Allah memang Mahaadil. Di saat penghasilanku menurun dan tidak tetap berapa yang bisa kudapat, usaha menjahit yang dirintis istriku mulai berkembang. Pandemi Covid-19 membawa berkah tersendiri bagi usaha-usaha konveksi.
Banyak tetangga dan kenalan yang memesan masker kain. Ada pula yang menjahitkan seragam sekolah anaknya. Singkat kata, penghasilan kami sudah tercukupi meski sumbernya utamanya bukan dariku.
Dari sini aku dan istriku lalu sepakat untuk bertukar peran. Aku yang merawat ibu, istriku yang mencari nafkah. Bukan berarti aku meninggalkan kewajiban utamaku memberi nafkah keluarga, karena aku juga punya sumber penghasilan sendiri. Tapi harus diakui, sumber penghasilan kami saat ini lebih banyak bergantung pada usaha istriku.
Begitu pula dengan tugas merawat ibu, bukan berarti istriku lepas tangan begitu saja. Bagaimanapun beliau adalah ibu kandungnya. Hanya saja, ibu mertuaku sepertinya lebih patuh kepadaku daripada anak-anaknya sendiri.
Bagiku, tukar peran rumah tangga adalah hal biasa. Tidak ada yang aneh apabila suami melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara istri mencari nafkah.Â
Yang penting, baik suami atau istri saling memahami peran masing-masing. Istri masih menghormati peran suami sebagai kepala keluarga. Sementara suami memahami peran istri yang jadi penyangga nafkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H