Entah siapa yang mengambil foto bocah pemulung sedang membaca Al Quran di emperan toko. Sejak dua hari lalu, foto ini viral di berbagai media sosial.
Foto ini dibagikan ribuan, atau mungkin jutaan kali, dengan beragam komentar yang menyertainya. Satu yang pasti, foto tersebut memberi satu pelajaran berharga, bahwa sampai seumuran kita sekarang ini, betapa kita sudah melupakan 114 Surat Cinta dari-Nya, yang Dia titipkan melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW.
Ketika masih kanak-kanak, kita perlakukan Surat Cinta itu laksana sahabat sejati. Kita junjung tinggi, kita hormati dengan tubuh yang suci.
Menyentuh pun kita harus mengambil wudhu dahulu. Kita baca dengan suara merdu. Kita usap dan cium usai membacanya. Seakan tak ingin berpisah dengannya.
Seiring waktu, Surat Cinta itu pun terlupakan.
Kita memang masih menyimpannya dengan rapi. Hingga kadang lupa di mana kita meletakkannya. Sekali waktu kita tengok Surat Cinta itu, debu tebal membalut permukaannya.
Sering pula kita jadikan Surat Cinta itu hiasan di lemari depan. Tak jarang pula Surat Cinta itu kita persembahkan sebagai maskawin pernikahan. Kadang, Surat Cinta itu kita perlakukan layaknya tameng untuk menangkal jin dan setan.
Semakin kita dewasa, semakin lupa kita dengan Surat Cinta dari-Nya. Waktu yang kita miliki tak mampu menggerakkan hati untuk menengoknya kembali, apalagi membacanya seperti dulu.
Seolah Surat Cinta itu bagai barang tak berguna. Teronggok di sudut lemari, di dalam laci, atau malah bercampur dengan buku-buku bekas yang hendak kita loakkan.
Melihat foto bocah pemulung yang membaca Al Quran di emperan toko, mendadak kita ingat dengan Surat Cinta yang pernah kita campakkan begitu saja.