Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Terlalu Serius Kalau Menulis di Kompasiana

20 Oktober 2020   20:53 Diperbarui: 20 Oktober 2020   20:58 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau orientasi menulismu di Kompasiana untuk mendapat jumlah pembaca yang banyak, jangan menulis yang terlalu serius (unsplash.com/Mark Fletcher)

"Tulisan serius seperti ini mendapat 200 viewer saja sudah bagus," kata seorang teman sambil menautkan artikelnya di grup Whatsapp.

"Ya, kalau pingin dibaca banyak orang, jangan nulis yang serius-serius," kataku membalas komentarnya.

Benar lho apa kataku itu. Kalau orientasi menulismu di Kompasiana itu untuk mendapat jumlah pembaca yang banyak, jangan pernah nulis yang terlalu serius. Percuma. Paling banter artikelmu dibaca 200-an pembaca (menurut mesin hitung Kompasiana).

Gak percaya?

Coba lihat beberapa artikel di kategori Lingkungan atau Ekonomi (yang menurutku kategori serius). Sekalipun artikel itu terpilih menjadi Artikel Utama (headline), jumlah viewernya tak pernah bisa menembus angka seribuan.

Bandingkan dengan artikel-artikel di kategori Politik, Gaya Hidup, Hiburan atau Fiksiana. Artikel-artikel yang dimasukkan kategori tersebut sering mendapat banyak pembaca.

Sekali lagi, ini semua tergantung orientasi atau tujuan menulismu di Kompasiana. Kalau tujuannya ingin mendapat banyak viewer karena tergoda dengan K-Rewards, tulislah artikel yang ringan-ringan saja. Tulis artikel yang topiknya receh.

Paling mudah, kamu bisa menulis ulang berita-berita politik yang lagi hangat diperbincangkan masyarakat. Jangan copy paste, karena sudah pasti artikelmu akan langsung dibuang ke tempat sampah oleh Kompasiana.

Kreatif sedikit. Gunakan teknik parafrase, atau mengungkap kembali suatu konsep/tema dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Sederhananya, reposisi berita itu dalam kalimatmu sendiri.

Jangan membebani pembaca dengan istilah, diksi, frasa atau kalimat yang membingungkan. Gunakan kata-kata dasar yang mudah dicerna otak.

Artikel-artikel semacam ini sangat mudah menarik perhatian pembaca. Apalagi bila kamu bisa membingkai judulnya dengan lebih menarik lagi, setidaknya mirip dengan judul berita koran lampu merah.

Namun, kalau tujuan menulismu itu untuk kebebasan berekspresi, membagikan pengalaman yang inspiratif dan dapat memotivasi, atau membagikan pengetahuan yang bermanfaat, boleh lah kamu menulis yang agak serius. Ingat, agak serius, bukan terlalu serius. Dengan risiko, tulisanmu tidak dibaca banyak orang.

Tak mengapa. Setidaknya kamu punya prinsip dan integritas sebagai penulis. Bagimu, menulis itu bukan perkara dibaca banyak orang atau tidak. Tapi, lebih pada asas manfaat dan kemerdekaan jiwa sebagai penulis.

Mengapa artikel yang ringan dan receh banyak disukai pembaca Kompasiana?

Ah, kayak kamu tidak tahu psikologi dan tipikal orang Indonesia saja. Orang Indonesia itu tidak suka bahan bacaan yang serius. Terlalu berat bagi beban pikiran mereka. Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 seperti ini.

Hidup itu sudah penuh tekanan. Otak kita butuh bacaan yang ringan, yang bisa mengurangi stres yang berkepanjangan. Bukankah sudah dicontohkan oleh pemimpin kita, seperti apa bahan bacaan yang bisa mengurangi beban mental?

Anggap saja, dengan menulis yang ringan-ringan kamu sudah membantu sebagian besar penduduk Indonesia. Bagus kan? Berbuat kebaikan seperti ini semoga mendapat pahala yang setimpal.

Kalau kamu menulis yang terlalu serius, jangan tempatkan di Kompasiana. Tempatkan di platform lain yang memang target pembaca atau audiens-nya itu suka bacaan yang serius. Tapi, jangan berharap ada imbalan seperti K-Rewards yang disediakan Kompasiana.

Terakhir, jangan menganggap tulisan ini terlalu serius, apalagi pakai baper segala. Dibawa santai saja, sesantai aku menuliskannya sambil menikmati secangkir kopi nikmat diayun semilir angin malam yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun