Artikel-artikel semacam ini sangat mudah menarik perhatian pembaca. Apalagi bila kamu bisa membingkai judulnya dengan lebih menarik lagi, setidaknya mirip dengan judul berita koran lampu merah.
Namun, kalau tujuan menulismu itu untuk kebebasan berekspresi, membagikan pengalaman yang inspiratif dan dapat memotivasi, atau membagikan pengetahuan yang bermanfaat, boleh lah kamu menulis yang agak serius. Ingat, agak serius, bukan terlalu serius. Dengan risiko, tulisanmu tidak dibaca banyak orang.
Tak mengapa. Setidaknya kamu punya prinsip dan integritas sebagai penulis. Bagimu, menulis itu bukan perkara dibaca banyak orang atau tidak. Tapi, lebih pada asas manfaat dan kemerdekaan jiwa sebagai penulis.
Mengapa artikel yang ringan dan receh banyak disukai pembaca Kompasiana?
Ah, kayak kamu tidak tahu psikologi dan tipikal orang Indonesia saja. Orang Indonesia itu tidak suka bahan bacaan yang serius. Terlalu berat bagi beban pikiran mereka. Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 seperti ini.
Hidup itu sudah penuh tekanan. Otak kita butuh bacaan yang ringan, yang bisa mengurangi stres yang berkepanjangan. Bukankah sudah dicontohkan oleh pemimpin kita, seperti apa bahan bacaan yang bisa mengurangi beban mental?
Anggap saja, dengan menulis yang ringan-ringan kamu sudah membantu sebagian besar penduduk Indonesia. Bagus kan? Berbuat kebaikan seperti ini semoga mendapat pahala yang setimpal.
Kalau kamu menulis yang terlalu serius, jangan tempatkan di Kompasiana. Tempatkan di platform lain yang memang target pembaca atau audiens-nya itu suka bacaan yang serius. Tapi, jangan berharap ada imbalan seperti K-Rewards yang disediakan Kompasiana.
Terakhir, jangan menganggap tulisan ini terlalu serius, apalagi pakai baper segala. Dibawa santai saja, sesantai aku menuliskannya sambil menikmati secangkir kopi nikmat diayun semilir angin malam yang lembut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H