Rudolfo hanya bisa menundukkan wajah, tak mampu melihat wajah rajanya yang penuh amarah.
"Panggil Jenderal Marques kesini! Cepat!" perintah Raja Ferguso.
"Baik Baginda," jawab Rudolfo segera.
Rudolfo mengambil ponsel dari saku, lalu ditelponnya Jenderal Marques dan dimintanya datang menghadap ke kamar Raja Ferguso.
Tak lama kemudian, Jenderal Marques datang. Dia menatap tajam pada Rudolfo seolah bertanya ada apa. Rudolfo hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya sedikit ke arah Raja Ferguso.
"Siap Raja Ferguso, Jenderal Marques datang menghadap!" lapor Jenderal Marques pada rajanya.
"Jenderal Marques, apa sudah ada laporan tentang demonstrasi hari ini?" tanya Raja Ferguso. Dia masih menatap ke arah luar dari balik jendela kamarnya. Kemarahannya sontak lenyap begitu Jenderal Marques datang menghadap.
Meski dia adalah penguasa kerajaan, sesungguhnya Raja Ferguso merasa segan dan agak takut pada Jenderal Marques. Bagaimanapun juga, berkat jasa jenderal itulah dia bisa berkuasa sekarang ini.
"Siap! Menurut laporan anak buah saya, ada 8 ribu orang yang berdemonstrasi. Kebanyakan anak-anak muda."
"Delapan ribu anak-anak muda?" tanya Raja Ferguso. Nada suaranya mempertanyakan jawaban sang jenderal.
"Siap! Apa Raja Ferguso tidak percaya dengan laporan saya ini?" kata Jenderal Marques balik bertanya dengan nada seperti mengancam.