Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Campur Tangan Jenderal Nasution di Balik Jatuhnya Soekarno (Tamat)

1 Oktober 2020   11:18 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:11 6577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasution mengambil sumpah jabatan Soeharto sebagai presiden penuh (Antara Foto/Dok. IPPHOS)

"Katamu titik awal Soekarno jatuh karena dia memperturutkan nafsu lelakinya" jawab Burhan mengingatkan.

 "Oh ya. Jadi, situasi politik dan keamanan yang mulai kondusif ini berlangsung selama 2 bulan, dari sejak Soeharto menerima Supersemar hingga akhir Mei. Pada saat itulah rakyat mendengar kabar Soekarno hendak menikahi gadis belia yang pantas jadi cucunya!"

"Ah yang benar Lim?" tanya Karto.

"Lho, ini fakta sejarah, To. Ketenangan rakyat terusik dengan kabar Soekarno akan mengawini Heldy Djafar, gadis manis dari Kutai Kartanegara. Saat itu Soekarno sudah berusia 65 tahun, sementara Heldy Djafar baru berusia 19 tahun!"

"Wah, benar-benar Cassanova ya presiden pertama kita" kata Burhan nyengir.

"Nah, itulah yang membuat rakyat marah. Pada 11 Juni 1966, Soekarno menikahi Heldy Djafar dengan saksi Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Heldy Djafar pun resmi menjadi istri Soekarno yang ke-9.

Perkawinan Soekarno dengan Heldy Djafar itu seolah menyadarkan rakyat bila ternyata Soekarno memang tidak pernah memikirkan kepentingan dan kebutuhan rakyat, selain memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Situasi yang sebelumnya mulai tenang akhirnya kembali memanas.

Rakyat bersama mahasiswa turun ke jalan. Kali ini tuntutannya bukan urusan perut, melainkan langsung tertuju pada Soekarno. Tuntutan 'Adili Soekarno', 'Mahmilubkan Soekarno', 'Turunkan Soekarno', 'Soekarno Gestapu Agung'  dan yang senada tertulis dalam spanduk-spanduk yang digelar rakyat dan mahasiswa saat mereka berdemonstrasi. Sejak saat itu Soekarno sudah kehilangan legitimasinya di mata rakyat.

Situasi inilah yang kemudian dijadikan Nasution sebagai amunisi terakhir untuk mempreteli kekuasaan Soekarno, melalui Sidang Umum MPRS IV yang digelar 21 Juni sampai 5 Juli 1966."

"Dalam sidang itu Soekarno langsung dicopot?" tanya Karto mengulang pertanyaan Burhan sebelumnya.

"Belum. Soekarno masih sah sebagai presiden dan karena itu dia punya kewenangan melakukan tindakan-tindakan luar biasa, mengingat sebagai presiden Soekarno adalah Panglima Tertinggi ABRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun