"Katamu titik awal Soekarno jatuh karena dia memperturutkan nafsu lelakinya" jawab Burhan mengingatkan.
 "Oh ya. Jadi, situasi politik dan keamanan yang mulai kondusif ini berlangsung selama 2 bulan, dari sejak Soeharto menerima Supersemar hingga akhir Mei. Pada saat itulah rakyat mendengar kabar Soekarno hendak menikahi gadis belia yang pantas jadi cucunya!"
"Ah yang benar Lim?" tanya Karto.
"Lho, ini fakta sejarah, To. Ketenangan rakyat terusik dengan kabar Soekarno akan mengawini Heldy Djafar, gadis manis dari Kutai Kartanegara. Saat itu Soekarno sudah berusia 65 tahun, sementara Heldy Djafar baru berusia 19 tahun!"
"Wah, benar-benar Cassanova ya presiden pertama kita" kata Burhan nyengir.
"Nah, itulah yang membuat rakyat marah. Pada 11 Juni 1966, Soekarno menikahi Heldy Djafar dengan saksi Ketua DPA Idham Chalid dan Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Heldy Djafar pun resmi menjadi istri Soekarno yang ke-9.
Perkawinan Soekarno dengan Heldy Djafar itu seolah menyadarkan rakyat bila ternyata Soekarno memang tidak pernah memikirkan kepentingan dan kebutuhan rakyat, selain memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Situasi yang sebelumnya mulai tenang akhirnya kembali memanas.
Rakyat bersama mahasiswa turun ke jalan. Kali ini tuntutannya bukan urusan perut, melainkan langsung tertuju pada Soekarno. Tuntutan 'Adili Soekarno', 'Mahmilubkan Soekarno', 'Turunkan Soekarno', 'Soekarno Gestapu Agung' Â dan yang senada tertulis dalam spanduk-spanduk yang digelar rakyat dan mahasiswa saat mereka berdemonstrasi. Sejak saat itu Soekarno sudah kehilangan legitimasinya di mata rakyat.
Situasi inilah yang kemudian dijadikan Nasution sebagai amunisi terakhir untuk mempreteli kekuasaan Soekarno, melalui Sidang Umum MPRS IV yang digelar 21 Juni sampai 5 Juli 1966."
"Dalam sidang itu Soekarno langsung dicopot?" tanya Karto mengulang pertanyaan Burhan sebelumnya.
"Belum. Soekarno masih sah sebagai presiden dan karena itu dia punya kewenangan melakukan tindakan-tindakan luar biasa, mengingat sebagai presiden Soekarno adalah Panglima Tertinggi ABRI.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!