"Maksudmu?"
"Ya itu tadi. Temanmu memberi buku yang isinya memutarbalikkan fakta. Seolah-olah PKI itu korban, dan bukan pelaku pemberontakan," jawab Alim.
"Omonganmu kayak pelaku sejarah aja Lim," sahut Burhan yang dari tadi diam.
"Lho, aku ngomong begini karena Mbahku sendiri jadi korban keganasan PKI, Han. Omonganku juga bukan karena alasan itu saja. Buku milik temannya Karto, juga beberapa tulisan lain yang mengatakan PKI adalah korban atau kambing hitam dari peristiwa Gestapu sudah memutarbalikkan fakta dengan mencoba mengerdilkan kekuatan PKI yang sesungguhnya, seolah PKI itu partai lemah yang perlu dikasihani," jelas Alim.
"Maksudmu mengerdilkan itu bagaimana?" tanya Burhan.
"Coba pikir, pada tahun '60an, PKI adalah partai yang berkuasa dan ada dalam lingkaran kekuasaan pemerintah Soekarno. Di masa itu, posisi PKI di atas angin sehingga mereka bisa dan berani membantai lawan-lawannya dengan cara keji, seperti aksi pembantaian aktivis pemuda Islam dan ratusan jamaah salat Shubuh dalam Peristiwa Kanigoro, Kediri pada Januari 1965, tepat ketika bulan puasa," kata Alim dengan suara merinding.
"Bahkan, melalui manuver politiknya, PKI sanggup membubarkan Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang tidak sejalan dengan ide komunis mereka melalui tangan Pemerintah Soekarno. Dengan begitu, PKI dan PNI-nya Soekarno saat itu menjadi partai nyaris tanpa pesaing. Dari situlah lahir kediktatoran Soekarno hingga Soekarno yang didukung PNI dan PKI mentahbiskan diri menjadi Presiden Seumur Hidup, memberlakukan Demokrasi Terpimpin. Jadi, salah besar kalau ada menganggap PKI itu partai yang kekuasaannya lemah," kata Alim melanjutkan penjelasannya.
"Tapi itu kan belum bisa menunjukkan benang merah keterlibatan PKI dalam peristiwa tanggal 30 September kan?" tanya Burhan.
"Sabar, aku baru mulai pembukaannya," jawab Alim dengan tenang.
"Propaganda yang mengatakan PKI itu korban juga dibentuk dengan membesarkan peran dan kekuasaan Soeharto, seolah dia memiliki kendali yang luar biasa di tubuh Angkatan Darat. Padahal, saat itu Mayjend Soeharto sebagai Pangkostrad tidak punya kekuatan dibandingkan jenderal yang lain. Dia tidak termasuk jenderal yang dijadikan target penculikan PKI. Inilah yang kemudian diputarbalikkan. Tidak menjadi target bukan berarti dia ikut dalam penculikan, bukan?
Lagipula, pengaruh Soeharto di tubuh militer tidak besar dan strategis. Dia panglima komando, bukan masuk ke jajaran petinggi militer yang bisa mengambil keputusan-keputusan penting. Jabatannya sebagai Panglima Kostrad, masih kalah dibandingkan dengan Menteri Panglima Angkatan Darat (yang dijabat oleh Letjend Ahmad Yani) maupun Menko Hankam/Kepala Angkatan Bersenjata (Jenderal AH. Nasution)," lanjut Alim menjelaskan kepada dua temannya itu.