Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kuburan Kucing di Belakang Rumah Pojok Gang

28 September 2020   19:42 Diperbarui: 28 September 2020   19:48 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua bulan terakhir, ia sudah menguburkan 3 bayi kucing yang tak terselamatkan nyawanya (ilustrasi: unsplash.com/Edward Howell)

"Benar ini rumahnya?" tanya pengendara motor pertama. Suaranya pelan hampir berbisik. Matanya mengamati rumah berpagar hitam di sudut gang perumahan. Giginya gemeletuk menahan hawa dingin dari kabut dini hari yang menusuk tulang.

"Benar Mas. Kata orang-orang rumahnya di pojok gang dua. Ya ini satu-satunya rumah pojok di gang," jawab perempuan yang dibonceng. Usianya masih muda, mungkin ada 20 tahunan. Tangannya yang memangku sebuah keranjang tampak gemetar.

Rumah berpagar hitam yang dimaksud terlihat sepi. Hanya lampu teras yang menyala, menerangi kebun depan yang penuh dengan pot-pot bunga. Di kanan kirinya, sebuah rumah tak berpenghuni yang gelap dan tanah kosong dengan ilalang tumbuh tinggi membuat rumah pojok itu seperti dikucilkan tetangganya.

"Tapi kok gak ada tanda-tanda....?" mendadak pertanyaannya terhenti oleh gerakan di balik pot-pot bunga di belakang pagar rumah di depannya.

Kedua orang itu menajamkan mata, seolah sedang mengerahkan kekuatan agar pandangannya bisa menembus kabut yang mulai menebal.

"Mas lihat sesuatu?" tanya si perempuan.

"Enggak. Sudahlah, cepat turunkan keranjangnya dan taruh di depan pintu pagar. Nanti keburu warga sini keluar. Sudah hampir masuk waktu subuh ini," perintah temannya yang membonceng.

Tanpa berbicara lagi, orang kedua turun dari motor dengan menenteng keranjang. Sesampainya di pintu pagar rumah pojok itu, perempuan berjaket lengkap dengan tudungnya itu lalu menurunkan keranjang dengan perlahan. Dielusnya sosok makhluk mungil yang sedang meringkuk dikelilingi sepotong kain tebal.

"Ish, ish, ish," bisiknya menenangkan saat si mungil dilihatnya menggeliat, mungkin hendak bangun akibat goncangan keranjang.

"Kamu di sini saja ya. Kami sudah tidak sanggup lagi memeliharamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun