Dengan berbagai kelemahan tersebut, mau tidak mau peserta pilkada harus menggunakan jasa buzzer atau influencer. Dengan jumlah pengikut yang mencapai ribuan, setiap pasangan calon tentu berharap pesan kampanye mereka bisa tersampaikan dengan baik, tepat sasaran dan punya jangkauan yang luas melalui jasa buzzer dan influencer.
Selain untuk menyampaikan program kampanye, beberapa peserta pilkada juga menyewa buzzer khusus untuk menanggapi atau meng-counter komentar-komentar miring di setiap konten yang mereka unggah di media sosial. Tujuannya jelas, agar pengikut atau peserta tidak sampai tergiring oleh opini pihak lain.
Jadi, musim kampanye virtual di pilkada 2020 yang sebentar lagi akan dimulai ini bisa memunculkan ladang bisnis sendiri. Buat warga yang menganggur dan mempunyai akun media sosial, tidak ada salahnya mencoba ikut melamar jadi buzzer atau influencer bagi peserta pilkada.