Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Lebih Baik Jadi Penulis atau YouTuber?

26 September 2020   22:33 Diperbarui: 27 September 2020   05:47 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski YouTuber lebih menjanjikan dari sisi penghasilan, menjadi penulis punya kelebihan tersendiri (ilustrasi: forbes.com)

"Pak, kalau jadi penulis bisa dapat uang banyak?" tanya anakku yang bungsu suatu ketika di sela-sela aktivitas menulisnya.

Aku yang sedang sibuk menyunting artikel akhirnya berhenti sebentar untuk menjawab pertanyaan anakku.

"Ya enggak juga. Tergantung bagaimana dia menulis. Ada penulis yang kaya raya, seperti J.K Rowling, pengarang buku Harry Potter yang suka Adik baca. Ada juga yang biasa-biasa saja, seperti bapak ini, hehehe," jawabku.

"Terus Bapak selama ini dapat uang dari menulis banyak apa sedikit?" desak anakku.

"Alhamdulillah cukup buat biaya sekolah adik sama Mbak. Juga cukup buat makan kita sehari-hari. Memangnya kenapa sih kok Adik tiba-tiba bertanya penghasilan Bapak? Buat tugas sekolah?"

"Enggak Pak. Cuma pingin tahu aja," jawab anakku, lalu melanjutkan aktivitas menulisnya.

Ya, belakangan ini aku melatih anakku menulis. Bukan karena aku ingin mereka nanti jadi penulis seperti bapaknya, tapi aku menganggap latihan menulis ini bermanfaat bagi mereka. Baik dari sisi pengekspresian diri, pengembangan kreativitas maupun kedisiplinan.

Latihan menulis ini aku gabungkan dengan pelajaran komputer dari sekolahnya yang mengajarkan cara membuat presentasi menggunakan Power Point. Setelah mengenalkan menu-menu Power Point dan cara membuat slide, aku lalu menyuruh anakku menulis bebas, apa saja yang terlintas di pikirannya.

Aku meminta anakku menulis apa yang ia sukai. Apakah tentang gim Roblox yang hampir setiap hari ia mainkan, atau tentang kucing-kucing peliharaan di rumah.

"Terserah Adik mau menulis apa, yang penting Adik suka dan tahu apa yang Adik tuliskan itu," pesanku saat itu.

Dari menulis 50 kata, kemudian meningkat jadi 100 kata, lalu 150 kata dan seterusnya. Di hari ketujuh latihan menulisnya, anakku bisa menulis hampir 300 kata. Sebuah pencapaian yang kuanggap sangat bagus untuk anak seusianya.

Meskipun, yah harus kuakui susunan kata dan kalimat maupun penempatan tanda baca masih belum begitu baik. Namun dari sisi bagaimana dia mengekspresikan ide dan mengeksekusi tema tulisan aku menilai anakku sudah kreatif dan bagus.

Seperti ketika dia mengekspresikan kesedihannya setelah aku mengajaknya membuang seekor kucing liar:

Rasa pedih kucing apabila tersakiti. Rata-rata orang-orang membuang kucing yang sudah keluar dari perut ibunya. Kenapa orang-orang melakukan itu pada kucing. Apakah kalian ingin sejak kecil kalian di tinggalkan oleh orangtua kalian, tidak bukan? Tetapi mengapa kalian membuang kucing yang sudah keluar dari perut ibunya, bayi kucing itu masih butuh ibunya untuk mengasuh.

Kucing liar lagi masuk rumah kalian, janganlah kalian usir kucing itu dengan ditendang atau dengan air, cukup kalian usir saja dengan tangan dan tidak sampai menyakitinya, apa kalian ingin kalian tinggal sendiri tidak ada yang menemani, mencari makanan di sampah seperti kucing, tidak punya tempat tinggal untuk istirahat sebentar, apa kalian mau? Tidak bukan?

Meski sudah mulai lancar menulis, kalau ditanya apa pekerjaan yang diinginkannya saat dewasa nanti, anakku selalu menjawab ingin jadi YouTuber! Sama dengan jawaban dari sebagian besar anak-anak di seluruh dunia.

YouTuber, Profesi Impian Anak Sekarang

Saat memperingati momen 50 tahun mendaratnya manusia di bulan dalam misi luar angkasa Apollo 11, lembaga survei Harris Poll atas nama Lego melakukan survei terhadap 3000 anak di 3 negara yakni Cina, Inggris dan Amerika Serikat. Survei yang dilakukan pada anak usia 8-12 tahun ini dilakukan dengan memberi kuisioner seputar eksplorasi luar angkasa.

Hasilnya, meski banyak anak yang menyatakan tertarik dengan misi luar angkasa, profesi Astronot bukan pilihan utama mereka saat dewasa nanti. Hanya anak-anak Cina yang lebih tertarik untuk menjadi Astronot (56%) dibanding 4 profesi lain yang ditawarkan dalam survei. Sedangkan anak-anak Inggris dan Amerika Serikat mengatakan mereka lebih ingin terkenal sebagai  YouTuber (30%) daripada menjadi Astronot (11%).

YouTube memang fenomenal. Kehadirannya mampu mengubah paradigma di bidang industri hiburan, sekaligus menciptakan profesi baru yang paling diminati anak-anak se-dunia.

"Setiap kali saya pergi ke sekolah, hal yang paling banyak dikatakan dari 90% anak-anak adalah, 'Saya ingin menjadi YouTuber,'" kata YouTuber DeStorm Power kepada situs Business Insider. "Mereka ingin menjadi bintang media sosial." 

Besarnya Penghasilan YouTuber Dari Konten yang "Sederhana"

Tak hanya sekedar ingin menjadi bintang media sosial, motivasi utama dari sebagian besar anak-anak (dan juga orang dewasa) yang ingin menjadi YouTuber adalah banyaknya pundi-pundi uang yang bisa mereka peroleh.

Siapa yang tidak tergiur mendengar berita penghasilan Atta Halilintar, Ria Ricis, atau beberapa artis yang kini beralih profesi menjadi YouTuber seperti Baim Wong dan Raffi Ahmad? Ratusan juta hingga miliaran rupiah bisa mereka dapatkan hanya dengan membuat konten "sederhana", seputar kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan YouTube, siapapun bisa menjadi bintang. YouTube adalah jalan pintas untuk meraih popularitas (dan kekayaan). Tak perlu sebuah proses penyempurnaan dan kurasi serta evaluasi dari seorang profesional.

Menurut laporan Forbes (2018), YouTuber berpenghasilan tertinggi adalah Ryan Toysreview, seorang anak berusia 7 tahun yang menyukai mainan, dan mendapat kekayaan sebesar $22 juta dari mengulas serangkaian mainan dan barang koleksi yang dijual di WalMart.

Sementara 5 YouTuber berpenghasilan tertinggi di bawah Ryan Toysreview adalah gamer. Dua YouTuber bersaudara yang masuk dalam 10 besar versi Forbes ini, Logan Paul dan Jack Paul bahkan mendapat sebagian besar penghasilannya berkat konten video prank.

Laporan Forbes 2018 tentang penghibur YouTube berpenghasilan tinggi itu juga memberi gambaran bahwa siapa pun dapat menghasilkan uang melalui platform streaming video; selama mereka meluangkan waktu dan memiliki sesuatu yang berharga untuk ditawarkan. Orang-orang dapat memperoleh jutaan rupiah sebulan hanya dengan mengunggah video yang relatif sederhana tentang subjek yang bisa menarik massa.

Tapi untuk menjadi YouTuber yang sukses juga tidak mudah. Untuk bisa mendapat minimal 1000 subscriber dan 4000 jam tonton, YouTuber pemula butuh waktu berbulan-bulan dan harus membuat banyak konten yang mampu menarik perhatian pemirsa, bersaing dengan jutaan konten lainnya.

Membandingkan penulis dengan YouTuber sebagai sesama profesi penghibur, jelas tidak sebanding. Banyak penulis yang hanya bisa mendapat upah atas karya mereka dibawah upah minimum pekerja kantoran biasa.

Tentu saja ada beberapa penulis yang penghasilannya bisa melampaui batas impian setiap penulis manapun, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. James Patterson misalnya, menurut Forbes sudah menghasilkan US$86 juta pada tahun 2018, jauh di atas penulis top lainnya seperti J.K. Rowling atau Stephen King.

Infografis perbandingan penghasilan penulis dengan YouTuber (sumber data: Forbes)
Infografis perbandingan penghasilan penulis dengan YouTuber (sumber data: Forbes)

Kelebihan Penulis Dibandingkan YouTuber

Meski YouTuber lebih menjanjikan dari sisi penghasilan, menjadi penulis punya kelebihan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari profesi penghibur lainnya: karya penulis abadi, jauh melampaui jaman.

Kita masih bisa mengingat dengan jelas jalannya cerita Romeo dan Juliet, padahal kisah ini ditulis  berabad-abad yang lalu. Sementara kita bisa dengan mudahnya melupakan apa saja konten yang sudah dibuat YouTuber ternama sekalipun.

Kita tak pernah bosan membaca ulang Harry Potter untuk yang kesekian ratus kalinya. Sementara kita dengan cepat dan mudah merasa bosan melihat konten YouTube yang itu-itu saja.

Kami penulis, menghasilkan konten yang menghibur milyaran orang. Kami menciptakan imajinasi tentang manusia, hewan, kota, negara, planet, tata surya, dan galaksi. Tulisan kami dapat membantu orang melalui masa-masa sulit, menginspirasi mereka, membimbing mereka. Konten yang kami sajikan memberi orang informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan.

Penulis adalah orang yang merdeka. Penulis lebih bebas membuat konten daripada YouTuber. Penulis tidak pernah tunduk pada algoritma media tulisannya.

Bandingkan dengan YouTuber. Boleh dibilang para YouTuber sudah "menyerahkan kehidupan" mereka pada algoritma YouTube. Mereka seolah takut jika tidak membuat konten yang kontinyu, jumlah pengikut akan menurun - yang otomatis akan mempengaruhi pendapatan yang bisa diperoleh - terlepas dari materi konten yang nyaris sama saja idenya. Dengan kata lain yang lebih kasar, mereka sudah "diperbudak" oleh platform itu sendiri.

Jadi, masih berminat jadi YouTuber? Atau ingin menulis saja agar karyanya abadi, dan yang lebih penting lagi jiwanya merdeka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun