Berikutnya ada Syarif Al Kadri, mahasiswa Ujung Pandang yang gugur tanggal 25 Februari 1966; Ikhwan Ridwan Rais, pelajar di Jakarta berusia 14 tahun yang terkena peluru nyasar saat ikut demonstrasi menuntut pembebasan Husni Thamrin yang ditahan pemerintah Soekarno.
Juga ada nama Zainal Zakse, wartawan harian KAMI yang dianiaya oleh pasukan pengawal Istana saat meliput aksi peringatan gugurnya Pahlawan Revolusi pada 1 Oktober 1966. Zainal Zakse meninggal dunia pada 8 Mei 1967 usai menjalani perawatan akibat luka-luka penganiayaan yang dideritanya.
Di luar nama-nama tersebut, masih ada Zubaedah yang gugur bersamaan dengan Arief Rahman Hakim. Â Lalu ada Yusuf Hasim dan Dicky Oroh, keduanya pelajar di Manado gugur pada 31 Maret 1966. Tercatat pula dalam tinta emas sejarah nama Mohd. Syafi 'i, pelajar di Jakarta yang gugur tanggal 9 Mei 1966 dan Ahmad Karim, siswa STM Bukittinggi yang gugur pada 11 Desember 1966.
Semua nama yang tersebut di atas adalah mahasiswa dan pelajar yang perjuangan dan kepahlawanannya dalam mengawal Tritura dan memperjuangkan Amanat Penderitaan Rakyat sama besarnya dengan pengorbanan Arif Rahman Hakim. Mereka semua dicatat dengan tinta emas dalam sejarah sebagai pejuang yang membela hak-hak rakyat dan dan layak menyandang gelar Pahlawan Ampera. Sebagaimana yang termaktub dalam Tap MPRS No XXIX/1966 tentang Penetapan Pahlawan Ampera,
"Setiap korban perjuangan dalam menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera."
Di tengah gencarnya propaganda saat ini yang mempertanyakan urgensi dan sensitivitas isu PKI setiap bulan September, marilah kita mengenang kembali para pahlawan Ampera yang hampir kita lupakan. Bagaimanapun juga, mereka sudah berjasa mengubah arah perjalanan bangsa kita. Para Pahlawan Ampera itu, bersama eksponen angkatan 66 lainnya yang terdiri dari mahasiswa, pelajar hingga sarjana  dan elemen masyaraakat lainnya sudah berjuang meluruskan arah dan tujuan bangsa Indonesia yang diselewengkan Orde Lama dan Partai Komunis Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H