Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menguak Rahasia Viralnya Video Promosi Odading Mang Oleh

20 September 2020   09:25 Diperbarui: 20 September 2020   09:27 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari video promosi odading Mang Oleh, kita bisa mengambil 3 pelajaran untuk mempromosikan konten agar bisa menjadi viral (kolase foto: brilio.net)

Odading, jajanan sederhana sejenis roti goreng mendadak terkenal setelah dipromosikan artis instagram Ade Londok. Dalam video promosinya yang viral di media sosial, Ade Londok memberi testimoni kelezatan odading dengan kata-kata kasar dan nyleneh disertai nada ngegas.

Efek viralnya video testimoni itu terlihat dari ramainya pembeli odading Mang Sholeh (Mang Oleh) di jalan Baranangsiang, Kota Bandung. Di belakang gerobak biru dan cokelat, lima anak Mang Sholeh sibuk melayani pembeli yang antreannya mengular. Bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga penasaran dengan rasa odading Mang Sholeh setelah termakan video promosi Ade Londok.

Asal-usul Nama Odading

Odading bukan jenis kudapan atau makanan baru. Menurut sejarawan kuliner dari Universitas Padjajaran, Fadly Rahman, kudapan yang berbahan baku sama dengan kue donat ini sudah ada sejak jaman kolonial.

Tentang nama odading, Fadly menuturkan hal ini terjadi tanpa sengaja. Ketika itu di jaman kolonial, ada seorang anak merengek pada ibunya untuk minta dibelikan jajan dari penjual jajanan keliling.

Sang ibu lalu menghentikan penjual jajanan itu dan bertanya pada anaknya sambil menunjuk kue yang dimaksud, "O, dat ting?"

Oleh telinga si penjual jajanan, pertanyaan yang artinya "O, benda itu?" terdengar menjadi 'odading' dan diterjemahkannya menjadi nama kue yang dijajakannya. Sejak saat itu, nama odading "resmi" digunakan untuk menyebut kudapan  yang bentuk dan rasanya seperti roti goreng.

Mengapa kue odading mendadak viral?

Viralnya kue odading sebenarnya hal yang wajar saja di era media sosial. Kuliner-kuliner lain atau kue-kue yang biasanya kita anggap remeh dan sering kita beli juga bisa menjadi viral. Tentu, ini tak lepas dari bagaimana kita mempromosikannya.

Kalau kita lihat video testimoni Ade Londok, rasanya tidak ada yang luar biasa yang bisa membuatnya viral. Ade Londok bukan selebgram yang pengikutnya jutaan. Juga bukan artis yang sering tampil di televisi. Tampang Ade Londok -- mohon maaf- juga tidak setampan Lee Min Hoo atau artis-artis Korea yang bisa membuat anak-anak gadis menjerit histeris.

Ade Londok hanya membuat testimoni dengan bahasa sehari-hari, ditambah sedikit bahasa kasar yang biasanya sering digunakan anak-anak muda dalam pergaulan mereka. Tak ada sentuhan musik gaul, tak ada efek komputer. Semuanya serba alami. Justru, di sinilah letak rahasia kekuatan video promosi yang dibuat Ade Londok hingga bisa menjadi viral.

Memahami Perilaku Generasi 'Next Billion Users'

Google pernah menyebut masa depan internet berada ditangan "Next Billion Users", generasi pengguna miliar berikutnya. Generasi ini tidak berada di negara-negara maju dan melek internet.

Mereka adalah generasi terbaru pengguna internet yang online di smartphone di tempat-tempat seperti Brasil, China, India, Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya yang memiliki populasi dan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Mereka yang kelak akan menentukan masa depan internet, termasuk pula masa depan bisnis berbasis digital. Mereka lah yang  mengubah internet dengan tiga perilaku utama: pola pikir khusus seluler, naluri untuk komputasi di mana-mana, dan permintaan akan konten lokal.

Next Billion Users mempunyai pola pikir khusus seluler yang menganggap smartphone adalah komputer, yang sekaligus berfungsi ganda sebagai televisi, dompet, kelas, dan portal untuk layanan pemerintah. Generasi pengguna internet berikutnya ini juga menjadi generasi pertama yang benar-benar menerapkan komputasi di mana-mana. Mereka mengharapkan aplikasi bekerja dengan cara alami daripada harus mempelajari semua perintah buatan yang ada di komputer rumahan. Dalam hal pemasaran konten, Next Billion Users juga lebih senang dengan konten-konten lokal.  Sesuatu yang hingga saat ini sering diremehkan oleh banyak tim pemasaran dari perusahaan-perusahaan besar.

Konten Lokal Lebih Berpotensi Viral

Banyak perusahaan maupun startup yang berpikir bahwa konten berbahasa Inggris akan membawa kesuksesan dan bisa menjangkau lebih banyak pengguna internet. Ini jelas kesalahan besar.

Seperti yang dikatakan Google dan dicontohkan dengan baik oleh video promosi odading Mang Oleh, generasi yang datang online sekarang lebih nyaman dalam bahasa ibu mereka daripada bahasa Inggris. Salah pilih bahasa pada konten bisa menjadi pemblokir besar untuk memperluas akses internet dan pangsa pasar.

Seseorang tidak perlu belajar bahasa Inggris untuk menggunakan internet. Next Billion Users justru mengharapkan lebih banyak konten dalam bahasa mereka. Video adalah platform media yang mereka sukai. Siapa pun bisa menyalakan kamera, berbagi cerita dengan lidah mereka sendiri, dan menemukan khalayak ramai secara online, tanpa diharuskan belajar bahasa Inggris.

3 Faktor Pemasaran Konten Agar Bisa Menjadi Viral

Dari video promosi odading Mang Oleh, kita bisa mengambil 3 pelajaran untuk mempromosikan konten agar bisa menjadi viral:

1. Target Pasar

Kue odading adalah jajanan khas Sunda, meskipun di banyak daerah juga punya kue yang sama, hanya namanya saja yang berbeda. Saat membuat testimoni, Ade Londok tidak memikirkan bagaimana kue ini bisa menembus pasar di luar daerahnya. Target pasarnya jelas, khusus orang-orang lokal.

Dalam membuat konten, target pasar atau target pemirsa adalah hal pertama yang harus kita tentukan. Konten untuk anak muda tentu berbeda dengan konten untuk orang dewasa. Konten yang menyasar warga lokal tidak sama dengan konten yang ingin menjangkau pasar nasional.

2. Bahasa Konten

Menentukan target pasar atau jangkauan pemirsa sangat penting karena berpengaruh dalam bahasa konten yang kita gunakan. Seperti yang kita lihat, Ade Londok mempromosikan odading Mang Oleh dengan berbahasa Sunda, yang sesekali ditimpali bahasa Indonesia.

Jangan pernah ragu menggunakan bahasa lokal jika memang target pasarnya adalah penduduk lokal. Lagipula, algoritma pencarian Google saat ini lebih mengedepankan pencarian lokal, sehingga konten-konten lokal (diprioritaskan) mendapatkan tempat pertama.

3. Media Promosi

Menurut laporan Google Trends Data (2019) dan Comscore Video Multi-Platform (Mei, 2019), lebih dari 79 juta unique viewer di Indonesia berusia di atas 18 tahun menonton YouTube setiap bulannya. Dan 95% pengguna internet di Indonesia menonton video online melalui perangkat seluler, meningkat 63% sejak 2016.

Artinya, video adalah platform yang disukai generasi pengguna internet sekarang, dan di masa depan. Platform video pendek seperti TikTok dan Instagram Story menjadi favorit karena anak-anak muda lebih menyukai video-video pendek yang lucu dan menceritakan kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun