Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bahaya Kluster Keluarga, Ujung dari Segala Kluster Covid-19

8 September 2020   22:29 Diperbarui: 9 September 2020   22:44 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus positif Covid-19 di Indonesia diramalkan masih terus meningkat drastis seiring semakin banyaknya kluster-kluster penularan baru. Bahkan secara khusus Presiden Jokowi juga menyoroti munculnya 3 kluster penularan utama Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini, yakni kluster perkantoran, kluster keluarga dan kluster pilkada.

"Hati-hati di kluster keluarga. Sampai di rumah merasa aman, justru di situ harus hati-hati. Sampai kantor merasa aman, kita lupa bahwa di dalam kantor pun harus menerapkan protokol kesehatan," kata Jokowi yang disiarkan langsung di kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Dari 3 kluster baru ini, yang harus diwaspadai dan berpotensi menjadi hot spot penularan utama adalah kluster keluarga. Bisa dikatakan, kluster keluarga adalah ujung dari kluster-kluster Covid-19 lainnya.

Kluster Keluarga Penyumbang Terbanyak Kasus Covid-19

Kluster perkantoran, atau kluster pilkada bisa bermuara menjadi kluster keluarga apabila ada anggota salah seorang anggota keluarga terinveksi virus dari kluster-kluster tersebut lalu menularkan ke anggota keluarga lain sehingga dalam satu rumah tangga tertular Covid-19 saat di rumah sendiri.

Beberapa waktu lalu, ayah teman saya, guru besar fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya meninggal dunia akibat Covid-19. Dua anggota keluarga lain, yakni istri dan salah seorang putrinya yang tinggal dalam satu rumah akhirnya ikut tertular. Kasus yang demikian ini dapat disebut sebagai kluster keluarga.

Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Pandu Riono pernah mengatakan jika kluster keluarga sebagai salah satu penyumbang kasus COVID-19 terbanyak di DKI Jakarta. Selain Jakarta, kluster keluarga juga menjadi penyumbang terbanyak kasus Covid-19 di kota Bogor.

Walikota Bogor, Bima Arya yang juga penyintas Covid-19 mengakui adanya peningkatan trend kasus COVID-19 di kota Bogor yang berasal dari kluster keluarga, yang menurutnya "mengkhawatirkan".

Minggu kemarin (06/09), Bima mengatakan ada 48 keluarga menjadi kluster dengan jumlah anggota keluarga terkonfirmasi positif COVID-19 ada 189 orang.

"Akumulasi kasus positif COVID-19 di Kota Bogor seluruhnya ada 553 orang, sehingga persentase kasus positif COVID-19 di kluster keluarga ada 34,17 persen," kata Bima.

Mengapa Kluster Keluarga Sangat Berbahaya?

Dalam lingkup dan kultur sosial bangsa Indonesia yang mengutamakan silaturahmi, transmisi satu keluarga ke keluarga lain akan mempercepat penularan. Aktivitas warga di lingkungan sekitarnya yang cenderung mengabaikan protokol kesehatan juga menyebabkan kluster keluarga semakin masif.

Kita bisa melihat di kampung-kampung, anak-anak bebas bermain dengan teman-teman sebayanya di lingkungan komplek/perumahan tanpa protokol kesehatan. 

Kegiatan berkumpul warga juga semakin hari semakin marak dilakukan. Entah itu sekedar arisan RT, tahlilan, syukuran dan kegiatan-kegiatan lain yang memungkinkan setiap warga saling bersentuhan atau minimal berada dalam jarak yang berdekatan.

Selain itu, kita juga bisa melihat antusiasme masyarakat untuk rekreasi atau liburan di tempat-tempat wisata yang sudah mulai dibuka kembali. Aktivitas ini bukan tidak mungkin menyebabkan setiap individu dapat tertular atau menulari orang lain karena sulit sekali mengawasi dengan ketat masing-masing pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini diperburuk apabila ada warga yang bergejala enggan melakukan tes Swab karena khawatir terkena stigma tetangga sekitarnya dan takut dikucilkan warga lainnya. Pada akhirnya, warga ini pun berperan sebagai penyebar virus.

Untuk mencegah transmisi Covid-19 masuk ke dalam lingkungan keluarga dan menekan munculnya kluster-kluster keluarga yang baru, harus ada kebijakan yang tegas dari pemerintah dan kesadaran pribadi dari masyarakat itu sendiri.

Pemerintah misalnya, melalui dinas kesehatan setempat bisa memperbanyak tes swab massal hingga ke level RW/RT. Selain itu, pemerintah juga bisa menggandeng tokoh masyarakat setempat, sesepuh kampung atau anak-anak muda yang berpengaruh untuk diajak kerjasama memberikan edukasi pentingnya protokol kesehatan.

Saat awal pandemi Covid-19, seminggu sekali petugas dari Puskesmas di tempat saya memberi penyuluhan melalui pengeras suara di masjid kompleks perumahan. 

Sayangnya, justru di saat angka kasus positif Covid-19 melonjak tajam, tidak ada lagi penyuluhan berkala dari petugas puskesmas. Seolah-olah pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan sudah tidak begitu peduli dengan aspek kesehatan warga. Sama tidak pedulinya dengan banyak warga yang mengabaikan protokol kesehatan saat mereka keluar rumah.

Cegah Transmisi Covid-19 dengan Protokol VDJ

Dalam lingkup rumah tangga, setiap anggota keluarga juga harus diberi pemahaman agar mereka bisa menyadari bahwa siapa pun dapat tertular Covid-19. 

Dikutip dari Pandemic Talks, walaupun sulit untuk benar-benar menghilangkan kemungkinan tertular Covid-19, setiap keluarga dapat meminimalkan risiko penularan dengan memperhatikan faktor VDJ, atau Ventilasi, Durasi dan Jarak.

Yang dimaksud faktor ventilasi adalah agar keluarga selalu menjaga udara segar mengalir ke dalam rumah. Jangan sampai anggota keluarga berkumpul dalam ruangan tertutup yang mana di dalam keluarga tersebut ada individu yang rentan dan ada anggota keluarga yang sering keluar rumah.

Bagi anggota keluarga yang sering keluar rumah, diharapkan tinggal di kamar yang terpisah. Selain itu juga mengurangi durasi interaksi dengan anggota keluarga yang lain.

Terakhir, anggota keluarga yang sering keluar rumah harus menyadari pentingnya menjaga jarak dengan anggota keluarga yang lain, khususnya bila di dalam rumah ada lansia dan balita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun