Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meletakkan Kembali Makna Hijrah dan Tahun Hijriah Sesuai pada Tempatnya

19 Agustus 2020   21:10 Diperbarui: 19 Agustus 2020   21:02 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad tidak terjadi di bulan Muharram, bulan pembuka tahun Hijriah (ilustrasi: expatwoman.com)

Hijrah dan Hijriah secara penulisan maupun pengucapan terdengar mirip, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa mendengar percakapan bahasa Arab. Meskipun mirip, bukan berarti maknanya sama.

Makna dan Sejarah Penetapan Tahun Hijriah

Hijriah adalah sistem perhitungan kalender Islam. Penamaan "hijriah" mengacu pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah). Itu sebabnya harap dimaklumi apabila di masyarakat Islam berkembang anggapan bahwa Tahun Baru Hijriah bertepatan dengan hijrahnya Rasulullah SAW. Padahal keliru.

Menurut sejarah, di jaman Rasulullah SAW sistem kalender Islam belum ada. Begitu pula di jaman khalifah Abu Bakar As-Shiddik r.a. Sekalipun bangsa Arab sendiri sejak lama sudah mengenal perhitungan tahun berdasarkan peredaran bulan, atau disebut tahun Qamariyah. Demikian pula bangsa Arab sudah memiliki penyebutan nama-nama bulan serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12.

Sistem perhitungan tahun Islam baru bermula sejak ada satu kejadian di masa khalifah Umar bin Khattab r.a. Salah satu riwayat menyebutkan ketika itu khalifah Umar mendapat surat balasan yang isinya mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun.

Khalifah Umar bin Khattab kemudian berunding dengan para sahabat, meminta pendapat mereka tentang isi surat tersebut. Para sahabat kemudian meminta khalifah Umar bin Khattab untuk menetapkan sistem kalender sendiri, tidak mengacu pada sistem kalender Romawi.

Beberapa sahabat lalu mengusulkan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai titik pangkal perhitungan tahun Islam. Ada pula yang mengusulkan patokan awal kalender Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad. Tapi, khalifah Umar punya pandangan tersendiri.

Khalifah Umar mengusulkan agar peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Yatsrib (Madinah) dijadikan patokan sebagai awal tahun kalender Islam. Setelah berunding dengan para sahabat, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab akhirnya menetapkan titik tolak kalender Islam adalah tahun peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, dengan bulan pembukanya adalah Muharram.  

Alasan di Balik Penetapan Hijrahnya Rasulullah Sebagai Titik Tolak Kalender Islam

Lalu, mengapa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dijadikan titik tolak awal perhitungan kalender Islam? Padahal selama masa kenabian baik di Mekkah maupun Madinah, banyak peristiwa dan kejadian penting lainnya.

Mengapa awal tahun hijriah tidak didasarkan pada tahun kelahiran Nabi SAW? Mengapa bukan berdasarkan tahun diturunkannya Al Quran yang sekaligus menandai diangkatnya Nabi Muhammad sebagai utusan Allah?

Mengapa tidak mengacu pada tahun terjadinya perang Badar, peperangan pertama umat Islam membela agamanya? Mengapa pula tidak diawali dari tahun terjadinya "Fathul Makkah", dibebaskannya kota Mekkah?

Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya haji Wada (perpisahan) dan mengapa bukan berdasarkan tahun meninggalnya Rasulullah SAW?

Dipilihnya tahun peristiwa hijrahnya Rasullullah SAW bukan tanpa alasan yang kuat. Khalifah Umar bin Khattab beserta para sahabat memandang peristiwa hijrah itu sebagai momentum di mana masyarakat Islam secara resmi menjadi masyarakat yang berdaulat dan diakui keberadaannya oleh golongan masyarakat lainnya.

Sejak peristiwa hijrah itulah umat Islam punya sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan punya jati diri sebagai sebuah negara yang berdaulat. Sejak itu masyarakat Islam memiliki landasan hukum Islam yang tegak dan ditegakkan, bukan masyarakat dengn aturan liar. Dan sejak itulah umat Islam bisa duduk sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia internasional.

Makna Hijrah dan Hubungannya dengan Tahun Hijriah

Jika hijriah adalah sebutan untuk perhitungan kalender Islam, beda lagi dengan hijrah. Secara literal, hijrah artinya 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. Makna harfiahnya, hijrah berarti  pindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik untuk alasan tertentu (demi keselamatan, kebaikan dan sebagainya).

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad sendiri tidak terjadi di bulan Muharram, bulan pembuka tahun Hijriah. Dalam kitab Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir menyebutkan hijrahnya Rasulullah SAW terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal tahun ke-13 dari diutusnya beliau sebagai rasul Allah. Sementara riwayat lain mengatakan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi pada bulan Sya'ban.

Meski berbeda makna, antara hijrah, tahun hijriah serta bulan Muharram sebagai bulan pembuka kalender Islam saling berkaitan erat. Bulan Muharram adalah bulan suci sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Quran,

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu" (QS. At Taubah: 36).

Menurut Ibnu Abbas, bulan haram (suci) artinya jika seseorang melakukan maksiat pada empat bulan tersebut, dosanya akan lebih besar. Begitu pula sebaliknya, jika melakukan kebaikan maka pahalanya juga akan lebih besar.

Dalam hadis yang berasal dari Abu Bakroh, Rasulullah menyebut empat bulan haram (suci) itu adalah tiga bulan berturut-turut yakni Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharram dan satu lagi bulan Rajab yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Di antara empat bulan suci itu, kedudukan bulan Muharram sangat istimewa. Rasulullah SAW menyebut bulan Muharram sebagai "syahrullah", bulannya Allah.

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam" (HR. Muslim 2812).

Keterkaitan antara hijrah, bulan Muharram dan tahun hijriah terletak pada konteks hijrah itu sendiri. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam peristiwa hijrah beliau, konteks hijrah menurut Islam berarti memulai hidup baru, menanggalkan kebiasaan yang lama dan cara lama menuju kehidupan yang lebih baik supaya lebih bertakwa dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Dengan begitu, ketika datang bulan Muharram sebagai awal tahun baru hijriah, inilah saatnya kita berhijrah dengan semestinya. Berlomba-lomba dalam kebaikan, karena di bulan ini pahala kebaikan dilipatgandakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun