Waktu berlalu hingga dua tahun, mendadak aku ditelpon istri Pak Eko. Dia minta maaf karena suaminya belum membayar kopi yang dulu dibelinya. Katanya, dia sempat kehilangan nomor telponku. Ketika nomor telponku ketemu, dia langsung menghubungi dan meminta bertemu untuk melunasi utangnya dua tahun lalu yang hanya sebesar 40 ribu rupiah!
Saat bertemu, aku katakan pada istri Pak Eko bahwa sebenarnya aku sudah mengikhlaskan utang suaminya. Tapi dia memaksa untuk membayar dan mengatakan bahwa selama dua tahun itu dia merasa selalu dikejar tanggungan. Selama dua tahun dia selalu ingat dan merasa ada utang yang belum dibayarkan.
Terus terang, belum pernah aku menjumpai orang yang punya sikap dan prinsip seperti istri Pak Eko ini. Berapa banyak orang yang ingat akan utangnya dan berniat membayar setelah sekian lama waktu berlalu? Berapa banyak orang yang berniat membayar utang, sekalipun nilai utangnya begitu kecil dan remeh?
Dua kejadian yang kualami sendiri itu menjadi pelajaran berharga dalam hidupku. Hingga saat ini, aku selalu mencoba untuk menghindari berutang, atau meminjam uang. Seandainya karena satu dan lain hal aku terpaksa berutang, sedapat mungkin aku memprioritaskan untuk melunasinya dulu alih-alih memenuhi kebutuhan yang tidak terlalu penting.