"Wah, gak nyangka ya. Padahal Tina sehari-hari kalem, pendiam. Apalagi mengingat sama siapa dia tinggal selama ini...." kali ini Bu Esih yang ikut urun bicara.
"Maksud Bu Esih?"
"Ya sudah pasti. Pak Himam kali ini kecolongan!"
Kuacuhkan pembicaraan mereka. Telingaku kututup rapat agar tidak mendengar desas desus yang semakin tidak mengenakkan itu. Bagaimanapun juga, Tina adalah bagian dari keluarga kami.
Si bungsu yang kutanya malah memberi jawaban yang mengkhawatirkan.
"Dik, kamu tahu siapa saja yang pernah keluar sama Tina?"
"Banyak pak?"
Mataku sontak melotot.
"Banyak?"Â
"Iya pak. Kadang sama si Rudi. Kadang sama Boim yang di gang sebelah. Paling sering adik lihat jalan bareng sama Charli."
"Kok adik gak negur sih?"