Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pecahkan Masalahmu dengan 6 Topi Berpikir

12 Agustus 2020   07:48 Diperbarui: 7 Juni 2021   08:37 12900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, kita harus mengenakan topi putih. Ini topi yang menyediakan informasi dan fakta. Saat kita mengenakan topi putih, kita bersikap objektif dan analitis.

Apa saja data yang sudah kita kumpulkan? Apakah data itu relevan dan dapat membentuk gambaran masalah secara kolektif?

Saat mengumpulkan data itu, kita akan dapat melihat lubang, untuk kemudian mengarahkan kita pada pengumpulan data lain yang dapat menutup celah tersebut.

Topi Kuning Untuk Melihat Sisi Positif Masalah

Setelah mengumpulkan semua fakta, kita copot topi putih dan beralih ke topi kuning. Ini adalah topi optimisme. Dengan mengenakan topi kuning kita bisa fokus untuk menyoroti semua sisi positif dari tantangan atau masalah yang kita hadapi. Kita ingin mengetahui manfaat, nilai yang melekat, hingga potensi keuntungan.

Jadi, pandangan kita tidak hanya terbatas pada data dan fakta saja. Mengenakan topi kuning memungkinkan kita untuk melihat jauh ke atas. Langit adalah batas ketika kita membayangkan sisi positif dan segala potensi yang ada. Setiap kemungkinan sukses bisa terjadi dan, itulah yang semestinya kita rangkul.

Topi Hitam untuk Mendata Konsekuensi Kerugian

Jika ada potensi keuntungan, tentu ada potensi kerugian. Sekarang, kita copot topi kuning dan ganti mengenakan topi hitam. Warna topinya boleh hitam, tapi tidak berarti negatif.

Topi hitam adalah topi penilaian yang logis, praktis dan realistis. Saat mengenakan topi hitam kita benar-benar ingin fokus dan hati-hati pada semua konsekuensi yang mungkin terjadi akibat kegagalan.

Baca juga: Six Thinking Hats sebagai Problem Solving di dalam Pendidikan

Mengenakan topi ini bukan berarti kita memikirkan kegagalan yang mungkin terjadi. Sebaliknya, topi hitam ini meminta kita untuk mencari titik lemah dari penyelesaian masalah. Dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu dikerjakan, kita dapat mengetahui apakah kita memiliki keterampilan, sumber daya, atau pengetahuan untuk berhasil.

Topi Merah Untuk Membiarkan Naluri yang Bicara

Sekarang kita memiliki fakta-fakta, potensi keuntungan dan konsekuensi negatif. Saatnya kita beralih mengenakan topi merah.

Merah adalah warna emosi dan intuisi. Sekarang, biarkan naluri dan intuisi kita mencari jawaban dan memikirkan masalahnya. Apakah itu membuat kita takut, bahagia, atau malah curiga? Bisakah kita merasakan jalan penyelesaian masalah melalui jawaban-jawaban tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun