Setiap orang tentu ingin bahagia. Ralat, tidak hanya manusia, bahkan semua makhluk hidup ingin bahagia.
Binatang-binatang yang menjadi peliharaan atau yang hidup liar ingin hidup bahagia dengan bisa berkeliaran ke sana  kemari mencari makan dan berkembangbiak tanpa ada gangguan dari makhluk lainnya. Pepohonan ingin hidup bahagia dengan tumbuh subur dan mendapatkan asupan air dan pupuk yang cukup setiap hari untuk kelangsungan hidupnya.
Kebahagiaan itu Sangat Subyektif
Sayangnya bagi makhluk yang bernama manusia, Â cukup sulit untuk mendefinisikan apa sebenarnya kebahagiaan. Kita cenderung mengaitkan bahagia dengan kata-kata seperti kegembiraan, kesenangan, dan kepuasan. Namun, alasan utama mengapa tidak mudah untuk mendefinisikannya adalah karena kebahagiaan sangat subyektif.
Sebagaimana kesuksesan, definisi bahagia memiliki banyak versi tergantung persepsi masing-masing individu. Sukses bagiku, belum tentu sukses bagi kalian. Bahagia bagiku belum tentu bahagia bagi kalian, betul tidak?
Sepasang suami istri merasa bahagia saat mereka dianugerahi anak, tapi bagi sepasang suami istri lain keberadaan anak justru merepotkan mereka. Seorang pegawai merasa sudah bahagia saat ia naik pangkat atau jabatan, sementara pegawai lain belum bahagia karena gajinya belum mencukupi kebutuhan hidupnya. Dari sini bisa kita lihat, kriteria bahagia itu berbeda-beda tergantung posisi dan kebutuhan setiap orang di dunia.
Cara Mudah Agar Kita Lebih Bahagia
Meski indikatornya sangat subyektif, ternyata ada satu cara mudah agar kita bahagia.Â
"Jika kamu ingin merasa lebih bahagia, saat ini juga, buat teman tersenyum." - Deepak Chopra
Seperti yang dikatakan Deepak Chopra, rahasia agar kita lebih bahagia adalah dengan membuat orang lain tersenyum karena kebaikan yang sudah kita lakukan.
Tindakan kebaikan atau, yang dalam bahasa psikologi kerap disebut altruisme (memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain; kebalikan dari egoisme) diajarkan oleh setiap agama dan dianjurkan oleh setiap tradisi kearifan dunia selama ribuan tahun. Namun lebih dari itu, perasaan bahagia karena sudah berbuat kebaikan sudah lama menjadi bahan penelitian banyak ilmuwan.
Dalam satu penelitian, para peneliti meminta  sekelompok orang untuk melakukan tindakan kebaikan pada orang lain selama empat minggu, sekecil apapun kebaikan yang bisa mereka lakukan. Seperti memberi tip pada pemusik jalanan, berbagi payung dengan orang asing di tengah hujan, menyingkirkan batu atau kayu yang melintang di jalan.
Di satu sisi, para peneliti meminta sekelompok orang yang berbeda untuk melakukan kebaikan pada diri mereka sendiri. Â Berbelanja, nonton film di bioskop, makan di restoran, pokoknya sekelompok responden terpisah ini diminta memanjakan diri mereka sendiri.
Sebelum dan sesudah para responden itu melakukan tindakan, para peneliti mengukur tingkat perkembangan psikologis mereka, yang terdiri dari kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial.
Pada akhir penelitian, orang-orang yang melakukan tindakan kebaikan untuk orang lain memiliki tingkat perkembangan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang melakukan kebaikan untuk diri sendiri. Berbuat baik pada orang lain juga menyebabkan tingkat emosi positif semakin meningkat. Singkatnya, menunjukkan altruisme tidak hanya bermanfaat bagi orang yang bersangkutan, tetapi juga dapat membuat kita merasa lebih baik.
Fakta Ilmiah di Balik Kebaikan yang Mendatangkan Kebahagiaan
Sementara itu, dalam sebuah penelitian lain para peneliti mengukur seberapa bahagia pada sekelompok orang di pagi hari. Â Setelah itu, para peneliti memberi memberi mereka $ 5 atau $ 20 yang harus mereka belanjakan untuk diri mereka sendiri atau orang lain sebelum jam 5 petang di hari yang sama. Kemudian, pada malam hari para peneliti menelepon para peserta untuk menilai kembali seberapa bahagia mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang telah menghabiskan uang untuk orang lain dengan membelikan mereka sedikit hadiah atau menyumbang untuk amal, lebih bahagia daripada mereka yang menggunakan uang itu untuk membayar salah satu tagihan mereka sendiri atau membeli hadiah untuk dirinya sendiri. Sekali lagi, kebaikan pada orang lain memiliki efek bumerang dan menguntungkan "si pemberi".
Secara fisiologis-kimiawi, perasaan bahagia karena berbuat kebaikan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam kerja otak yang sangat kompleks, tiga neurokimia yakni dopamin, serotonin, dan oksitosin membentuk apa yang disebut Happiness Trifecta. Setiap aktivitas yang meningkatkan produksi neurokimiawi ini akan menyebabkan peningkatan suasana hati. Tetapi, manfaat berbuat baik tidak hanya berhenti pada suasana hati.
Hormon serotonin terhubung dengan jam biologis manusia, pencernaan, memori, pembelajaran, dan nafsu makan. Dopamin terhubung dengan motivasi dan kesenangan. Sementara oksitosin yang kerap disebut "hormon cinta" meningkatkan harga diri dan optimisme kita.
Ketika oksitosin mulai mengalir, tekanan darah menurun dan pondasi untuk gairah seksual mulai dibangun. Saat ketiga hormon Happines Trifecta ini meningkat, ketakutan sosial berkurang dan kepercayaan diri serta empati meningkat. Di luar fungsinya sebagai "hormon cinta", oksitosin juga merupakan antiinflamasi dan mengurangi rasa sakit serta meningkatkan penyembuhan luka.
Penelitian para ilmuwan tentang kebaikan yang mendatangkan kebahagiaan bagi si pemberi seperti membuktikan kebenaran dari apa yang sudah tertera dalam Al Quran:
"Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk dirimu sendiri" (QS. Al Isra: 7).
Jadi, jika kita ingin menjalani kehidupan yang lebih baik, luangkan waktu sejenak untuk memikirkan bagaimana kita dapat membantu orang lain. Karena walaupun mungkin hanya butuh beberapa menit untuk membantu seseorang yang membutuhkan, efeknya terhadap kebahagiaan kita sangat besar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI