"Hai Adam, maukah aku tunjukkan pohon 'khuldi' (pohon kekekalan) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaha: 120).
Informasi (dalam bahasa Al Quran disebut bisikan) Iblis ini jelas salah dan menyesatkan. Tak ada namanya pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa, karena yang kekal dan tidak binasa itu hanya Allah semata.
Namun karena mengikuti naluri manusianya yang serba ingin tahu, Nabi Adam dan Hawa akhirnya terperdaya oleh informasi yang salah sekaligus menyesatkan ini. Akibatnya, mereka 'diusir' dari taman surga dan menempati bumi hingga berketurunan sampai saat ini.
Melalui kisah Nabi Adam dan Hawa yang terbujuk oleh informasi menyesatkan dari Iblis, Allah mengingatkan umat manusia bahwa bila kita menerima informasi, kita harus menimbang bahkan menyelidiki dengan seksama informasi yang disampaikan khususnya oleh orang-orang yang tidak terpercaya.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (QS. Al Hujurat: 6).
Jika dikondisikan dengan jaman sekarang, orang fasik bisa diartikan sebagai akun-akun media sosial yang sengaja dibuat untuk mengadu domba dan memecah belah dengan menyebarkan informasi yang salah lagi menyesatkan.
Perintah untuk Menyampaikan Informasi yang Benar dan Berguna
Padahal, Â Allah sudah mengingatkan pada pembawa atau pemberi informasi agar mereka senantiasa menyampaikan informasi yang benar.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan sampaikanlah perkataan yang 'sadid'" (QS. Al Ahzab: 70).
Menurut Qurais Shihab dalam tafsirnya, kata 'sadid' dalam ayat tersebut tidak hanya berarti "benar". Kata ini dalam berbagai bentuknya pada akhirnya bermuara pada makna menghalangi atau membendung (sesuatu yang tidak sesuai) sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna.
Atas dasar makna ini maka para ulama menekankan bahwa semua ucapan, apa pun bentuk dan kandungannya, di samping harus sesuai fakta/kenyataan juga harus dapat menjamin sasarannya atau penerima informasinya agar tidak sampai terjerumus ke dalam kesulitan dan kesesatan. Bila perlu, informasi yang disampaikan itu dapat membuahkan manfaat.
Kasus "klepon tidak islami" seolah semakin meneguhkan status bangsa kita sebagai bangsa yang memiliki tingkat literasi sangat rendah. Hanya untuk memilah dan memilih informasi yang benar saja mayoritas kita masih belum mampu.