Sebagai masyarakat awam, saya pribadi cenderung meragukan keampuhan dan klaim "antivirus" dari Kementan. Logikanya sederhana saja: Bagaimana kalung itu bisa mencegah penularan virus yang disebarkan lewat droplet?
Apakah hanya dengan menghirup aroma eucalyptus, orang yang mengenakan kalung tersebut jadi kebal terhadap virus corona?
Bagaimana kalung itu mencegah virus masuk ke dalam tubuh, seandainya droplet menempel di tangan, lalu orang tersebut mengusap wajahnya berulangkali? Apakah dengan menghirup aroma eucalyptus, virus yang sudah masuk ke dalam tubuh itu langsung mati?
Apakah dengan mengenakan kalung "antivirus"corona, lantas kita tak perlu memakai masker dan menjaga jarak dengan orang lain?
Jangankan saya yang orang awam, seandainya saya mengerti lebih banyak tentang ilmu biologi maupun kedokteran, pasti akan langsung terpicu dan akan melakukan penelitian ulang untuk membuktikan klaim Kementan tersebut. Nah, tidakkah kalangan akademisi dan praktisi kesehatan di Indonesia punya keraguan yang sama?
Kalau Kementan dan Balitbangtan benar-benar yakin kalung "antivirus" ini efektif membunuh virus corona, pembuktiannya sederhana saja. Bagikan kalung itu pada dokter dan perawat di seluruh rumah sakit, terutama yang sedang merawat pasien positif Covid-19. Kemudian minta mereka tidak mengenakan APD lagi karena sudah menggunakan kalung "antivirus". Beranikah?
Daripada memamerkan produk yang belum teruji secara benar dan meyakinkan 100% klaim efektivitasnya, lebih baik mengajak masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan.
Salah satunya adalah dengan mencuci tangan dengan sabun minimal 20 detik. Langkah ini sudah terbukti dan diakui banyak lembaga kesehatan dunia dapat membunuh virus corona yang menempel di tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H