Mendengar penjelasan si mahasiswa, sang dosen penguji terpana sejenak, kemudian tertawa lebar. Sang dosen lalu bertanya, ""Mengapa Anda tidak menulis jawaban yang keempat ini? Anda tentunya paham Dosen Anda menunggu jawaban ini."
Melihat dosen pengujinya yang baru tidak marah dan malah tertawa, sambil tersenyum mahasiswa itu menjawab,
"Para Dosen sendiri yang mempersempit cara berpikir mereka, memaksa kami berpikir dengan cara mereka!"
Mahasiswa yang berani berpikir kritis dan kreatif tersebut bernama Niels Bohr, satu-satunya fisikawan Denmark peraih hadiah Nobel Fisika tahun 1922 berkat hukum Mekanika Kuantum. Dengan bimbingan dari Profesor Christian Christansen, Niels Bohr berhasil mendapatkan gelar master pada tahun 1909 dan dua tahun berikutnya, gelar doktor sudah tersemat di depan namanya.
Pentingnya Berpikir Kritis dan Kreatif
Meskipun jauh dari tingkat kejeniusan Niels Bohr, aku pernah mengalami kejadian yang hampir sama. Saat ujian mata kuliah ekonomi, aku mendapat nilai D gara-gara beberapa jawaban yang kuberikan melenceng dari apa yang tertulis di diktat mata kuliah. Padahal substansi jawabannya sama!
Aku lalu melakukan banding ke pihak fakultas. Setelah berdebat panjang lebar, aku diijinkan ujian susulan. Masih dengan dosen yang sama, namun pertanyaan yang berbeda. Tak ingin mengulang kesalahan dan tak ingin memperpanjang masalah, kali kedua ini jawaban yang kuberikan sesuai dengan diktat kuliah.
Tidak jarang kita mendapati pola pikir pendidik seperti dosen penguji Niels Bohr yang pertama, yang memaksa siswa berpikir dengan cara mereka. Sistem pendidikan tradisional mengajarkan kita bagaimana menjawab soal dengan benar daripada mendorong pemikiran di luar kotak dan menjelajahi jalan yang jarang dilalui, sekalipun jalan itu mungkin bukan solusi yang tepat. Kita mendapat nilai dari apa yang kita hafalkan, bukan dari seberapa baik kita menginterpretasikan setiap kemungkinan jawaban dan mengomunikasikannya.
Ketika hal ini dilakukan sejak pendidikan dasar, maka generasi muda kita menjadi takut untuk menjelajahi kreativitas pikiran mereka. Padahal, dunia pendidikan harusnya bisa menempa setiap siswa menjadi kreatif, bukan memerangkap mereka dalam kotak yang membatasi pola pikir mereka. Mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif juga menjadi pondasi kemerdekaan belajar seperti yang diimpikan Mendikbud Nadiem Makarim.
Di satu sisi, dunia kerja era digital membutuhkan orang-orang yang kreatif. Perusahaan memerlukan karyawan yang bisa mengemukakan berbagai pilihan untuk pengambilan keputusan.
Dalam film The Internship (20th Century Fox, 2013), dua orang mantan salesman, Billy (Vince Vaughn) dan Nick (Owen Wilson) mencoba ikut wawancara untuk program magang yang diadakan oleh Google. Sebagaimana perusahaan high-tech lainnya, pertanyaan wawancara yang diajukan Google berkisar seputar kreativitas dan teknologi.
Salah satu pertanyaannya adalah: Jika tubuhmu menyusut seukuran biji nikel dan terjebak di dalam blender, bagaimana caramu keluar?