Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa, Beranikah Kalian Berpikir Kritis dan Kreatif Seperti Ini?

22 Juni 2020   20:11 Diperbarui: 22 Juni 2020   20:07 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpikir kritis dan kreatif mutlak diperlukan tak hanya dalam dunia pendidikan, melainkan juga dalam dunia kerja (ilustrasi: unsplash.com/Tran Nguyen)

Kisah Mahasiswa yang Berani Berpikir Kritis dan Kreatif

Suasana di salah satu ruang kuliah Universitas Kopenhagen terdengar tanpa suara. Beberapa mahasiswa sedang mengerjakan ujian fisika yang saat itu hanya ada satu soal saja.

"Ya, waktu sudah habis. Silahkan kumpulkan lembar jawaban Anda," kata dosen penguji pada para mahasiswanya tersebut.

Sang dosen kemudian memeriksa lembar jawaban. Mendadak, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Dosen tersebut marah besar saat membaca jawaban yang diberikan salah satu mahasiswanya.

Soal fisika yang diberikannya berbunyi: Jelaskan cara mengukur ketinggian gedung dengan barometer (alat pengukur tekanan udara)!

Biasanya, mahasiswa lain akan menjawab sesuai dengan apa yang sudah dia ajarkan: Dengan mengukur perbedaan antara tekanan udara di permukaan tanah dan tekanan udara di puncak gedung.

Namun, jawaban yang diberikan satu mahasiswa ini sangat berbeda hingga membuat sang dosen langsung memberi nilai nol tanpa menuntaskan membaca jawabannya. Jawaban yang membuat sang dosen marah itu berbunyi:

Ikatkan barometer tersebut dengan tali yang panjang kemudian jatuhkan ke tanah dari puncak gedung. Jika sudah sampai ke tanah, ukurlah berapa panjang tali tersebut.

Kalau dipikir, jawaban tersebut benar adanya. Tetapi, yang membuat sang dosen marah adalah si mahasiswa memberikan jawaban dengan cara pikir yang terlalu dangkal dan tidak ada hubungan sebenarnya dengan hukum tentang barometer maupun ilmu fisika.

Setelah mengetahui dirinya mendapat nilai nol, si mahasiswa itu lalu meminta banding kepada pihak kampus dan dikabulkan. Rektorat memberinya kesempatan lain dengan dosen yang lain pula. Sang dosen penguji yang baru ini lalu mengajukan pertanyaan yang sama secara lisan.

Dengan penuh percaya diri, si mahasiswa menjawab: "Ada banyak cara yang dapat kita lakukan,

  • Pertama: Dengan melemparkan barometer dari puncak bangunan. Perhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh barometer untuk sampai ke tanah. Lalu, dengan memakai persamaan gravitasi kita dapat mengetahui berapa tinggi gedung.
  • Kedua: Jika kita melakukan pengukuran di siang hari bisa, kita dapat mengukur panjang bayangan barometer dan bayangan gedung. Kemudian dengan rumus persamaan (tinggi barometer/tinggi bayangannya = tinggi gedung/tinggi bayangannya) kita dapat mengetahui tinggi gedung tersebut.
  • Ketiga: Jika kita tidak ingin repot-repot memikirkan jawaban pertanyaan ini, maka cara yang terbaik ialah dengan datang kepada petugas keamanan, lalu katakan kepadanya,  'Barometer ini saya hadiahkan kepada Anda, jika Anda memberitahu saya dengan benar berapa tinggi gedung ini.'
  • Keempat: Jika kita ingin memperumit masalah ini, maka kita gunakan barometer ini terlebih dahulu untuk mengukur tekanan udara di atas permukaan tanah. Kemudian ukur tekanan udara di puncak gedung, lalu hitunglah selisih antara keduanya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun