Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita adalah Mutiara yang Dapat Memancarkan Keindahan

17 Juni 2020   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2020   23:31 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibarat mutiara, kita tidak dapat menjadi berharga dengan begitu saja (foto diambil dari celovis.com)

Pernahkah kamu memperhatikan proses terbentuknya sebuah mutiara?

Proses Terbentuknya Mutiara

Awalnya, ia hanya sebutir pasir atau debu kotor yang tidak berharga. Waktu lah yang kemudian membentuknya menjadi indah.

Detik demi detik, di kedalaman samudera, di dalam kegelapan cangkang makhlukNya. Hingga kemudian butiran pasir itu membesar, membentuk sebuah mutiara.

Meski begitu, keindahannya tak bisa segera dinikmati manusia. Ia harus dijemput di kedalaman lautan, dikeluarkan dari rumahnya yang kokoh melindunginya. Setelah itu, ia masih harus dibersihkan, disepuh dan diolah sedemikian rupa hingga bisa menjadi perhiasan yang indah nan istimewa.

Proses yang demikian panjang dan melelahkan, bahkan bukan tidak mungkin dapat terhenti di tengah jalan. Ia bisa tersapu gelombang hingga tak dapat ditemukan, atau terganggu oleh butiran pasir lainnya hingga kemudian bentuk akhirnya tak bisa bulat sempurna.

Ibarat Mutiara, Seperti Itu Proses Pembentukan Jatidiri Kita

Seperti itulah proses pembentukan karakter dan jatidiri kita. Lama dan seringkali melelahkan jiwa.

Sekali waktu, mungkin kamu pernah merasa bukan siapa-siapa. Bahkan ada satu titik waktu tertentu kamu begitu benci dengan dirimu sendiri. Menganggap dirimu sebagai manusia tak berguna, makhluk sia-sia.

Kamu merasa punya banyak kekurangan, punya banyak kesalahan dan keburukan. Apalagi saat kamu melihat orang lain yang tampak begitu sempurna dan memiliki banyak kelebihan. Seperti kayu yang dibebani batu, rasanya dirimu semakin tenggelam dalam arus sungai kehidupan.

  • "Mengapa orang lain memiliki begitu banyak kelebihan sedang aku punya banyak kekurangan?"
  • "Mengapa orang lain berhasil dan aku selalu gagal?"
  • "Mengapa orang lain kaya dan aku miskin?"

Serta beribu pertanyaan 'mengapa' lainnya yang akan membuat kita kecewa dan terluka, serta terpaku pada kekurangan-kekurangan yang kita miliki.

Pertanyaan-pertanyaan itu seolah melanggar batas keimanan yang kita miliki. Sebagai insan yang beriman, kita yakin bahwa Allah tidak mungkin menciptakan makhlukNya hanya dengan kekurangan saja atau kelebihan saja. Dia yang Maha Kuasa membekali manusia dengan segala kelebihan, menjadikan setiap insan memiliki keistimewaan.

Hanya saja, proses hidup yang kita alami mungkin telah membuatnya hanya menjadi potensi terpendam, tak muncul ke permukaan, bahkan mungkin sekali potensi yang pernah muncul di masa kecil dapat terkubur oleh segala tekanan dan rintangan.

Ibarat mutiara, kita tidak dapat menjadi berharga dengan begitu saja. Butuh waktu dan proses panjang untuk membentuknya. Perlu ketelatenan dan kesabaran agar dapat memancarkan keindahan.

Kita Adalah Mutiara yang Dapat Memancarkan Keindahan

Setiap kita adalah mutiara yang dapat memancarkan keindahan. Hanya saja, dalam perjalanan waktu kehidupan, setiap orang mengalami berbagai kesulitan. Tak ada orang yang bisa lepas dari kesulitan.

Tak ada laut yang tidak berombak, tak ada orang yang bisa bebas dari kesulitan (ilustrasi diolah dari Canva)
Tak ada laut yang tidak berombak, tak ada orang yang bisa bebas dari kesulitan (ilustrasi diolah dari Canva)

Bagaimana cara kita menghadapi kesulitan hidup, itulah yang akan membentuk diri kita. Bagaimana cara kita memandang setiap kesulitan, itulah yang kelak akan menentukan kesuksesan kita. Bagaimana cara kita menghadapi ombak di lautan, itulah yang akan mengantarkan kita ke daratan.

Kerang tidak menganggap debu atau pasir laut yang menempel dalam tubuhnya, entah itu disengaja oleh tangan manusia maupun tidak sengaja karena campur tangan alam, sebagai gangguan.

Sebaliknya, kerang memproses debu dan sebutir pasir itu dengan penuh kesabaran hingga ketika waktunya tiba, butiran pasir itu berubah menjadi mutiara yang indah.

Seseorang yang ulet secara psikologis akan merangkul setiap kesulitan yang ia terima. Mereka tidak melihat kesulitan sebagai penghalang, tetapi lebih sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh. 

Ketika seseorang mengatasi kesulitan, mereka mendapatkan pengalaman berharga (yang kemudian diterjemahkan menjadi kebijaksanaan) dan kepercayaan diri untuk menaklukkan batu apa pun di jalan mereka.

Jadilah Pembelajar Sejati Agar Keindahan Kita Dapat Memancar Keluar

Little things mean a lot. Banyak hal kecil yang sesungguhnya memiliki makna yang begitu besar, jika saja kita mau sedikit lebih memperhatikan, sedikit melihat lebih ke dalam, dan sedikit saja berpikir. Ketika kita hanya memandang sesuatu dengan cara biasa, semuanya akan tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, seakan memang demikianlah seharusnya.

Ketika peristiwa-peristiwa yang kita temui atau kita jalani hanya lewat begitu saja, maka ia hanya akan menjadi masa lalu yang tidak memiliki nilai apapun dan tidak dapat memberikan pengaruh apa-apa. Padahal jika kita mau sedikit saja menggali lebih dalam, mungkin tidak sedikit bekas-bekas berharga yang tertinggal di sana.

Sebagaimana halnya mutiara, sebelum ada yang mengeluarkannya dari cangkang sang kerang, tidak ada yang dapat merasakan pancaran keindahannya.

Jadilah pembelajar sejati. Seseorang yang akan selalu mencoba mencari celah pembelajaran dari setiap kejadian yang dialaminya maupun kejadian yang dialami oleh orang lain.

Sungguh saya ingin menjadi orang seperti itu: yang senantiasa dapat memaknai hidup dari sudut pandang positif, yang mampu melihat nilai-nilai yang belum tersingkap, serta mampu memunculkan keberhargaan walaupun begitu tersembunyi adanya. Siapa yang tahu di dalam cangkang kerang yang gelap tersimpan mutiara yang begitu indah jika tidak ada yang mencoba menyelam ke dasar lautan dan mendapatkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun