Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Manfaat Berkomentar Jujur di Setiap Artikel yang Kita Baca

9 Juni 2020   22:44 Diperbarui: 9 Juni 2020   22:37 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada masa ketika sesama penulis atau blogger saling berkunjung dan memberi komentar jujur satu sama lain di blog masing-masing. Tapi itu dulu.

Sekarang, blog kita sepi komentar. Kebanyakan pembaca tidak mau (apapun alasannya) meninggalkan jejak di artikel yang sudah mereka baca.

Kalaupun ada yang berkomentar, itu juga basa-basi belaka. Sekedar komentar karena tidak enak hati penulisnya menyodorkan artikel di depan matanya. Beberapa pembaca lain berkomentar memuji, yang seringkali malah keluar dari esensi tulisan itu sendiri.

Setidaknya itu menurut pengamatanku. Lalu bagaimana dengan aku sendiri?

Jujur saja, aku juga bukan tipe pembaca yang senang mengomentari blog atau tulisan orang lain, termasuk di platform blog bersama seperti Kompasiana. Meski tidak berkomentar, aku selalu meninggalkan jejak dengan menilai atau memberi rating.

Seolah terbawa sifat introvertku, aku jarang berkomentar karena saat membaca itu aku merasa tidak ada yang perlu dikomentari. Aku memberi komentar bila memang dalam tulisannya ada hal-hal yang patut/merasa perlu dikomentari. Ini cara jujurku dalam memberi penilaian terhadap tulisan orang lain.

Ya, rasanya berkomentar jujur terhadap tulisan orang lain sudah menjadi nilai dan budaya yang langka. Padahal, jujur ketika meninggalkan komentar dapat bermanfaat bagi penulis itu sendiri dan blog-nya.

Sebagai Kontrol Kualitas

Jika praktik meninggalkan komentar jujur menjadi budaya, itu akan berfungsi sebagai sarana kontrol kualitas.

Kita hidup di era penerbitan mandiri, di mana setiap penulis (bahkan setiap orang) bisa dengan mudahnya menerbitkan tulisan. Berbeda dengan situs-situs berita besar yang memiliki editor, yang bisa memastikan artikel bebas kesalahan dengan kualitas yang baik sebelum menerima atau menerbitkannya.

Karena bisa menerbitkan setiap berita dan cerita apapun secara mandiri, kita cenderung kehilangan kontrol kualitas pada setiap tulisan kita. Jika tidak ada yang berkomentar jujur terhadap tulisan tersebut, bagaimana kita bisa tahu setiap kesalahan dan belajar untuk memperbaikinya?

Terus terang dan mohon maaf apabila kurang berkenan, aku lebih menghargai pembaca yang berkomentar jujur apa adanya, daripada pembaca yang memuji atau berkomentar basa-basi. Pernah ada pembaca Kompasiana yang berkomentar, bahwa tulisanku "jaka sembung" alias tidak nyambung.

Awalnya sih aku tersinggung karena aku merasa sudah susah payah menulis, eh dikomentari seperti itu. Tapi, setelah kubaca ulang tulisanku, apa yang dia katakan memang benar. Ada bagian yang tidak nyambung. Antara premis dengan logika yang kujadikan dasar argumentasi terdengar tidak ada hubungannya sama sekali.

Meningkatkan Kualitas Tulisan

Pada akhirnya, komentar yang jujur tersebut menjadi kritik konstruktif yang akan membantu kita dalam melatih dan meningkatkan kualitas serta membantu kita untuk dapat tumbuh sebagai penulis yang baik. Kita mungkin dapat meningkatkan keterampilan menulis dari membaca berbagai kiat atau terus berlatih menulis. Tetapi, semakin banyak umpan balik yang kita dapatkan dari sudut pandang yang berbeda, semakin baik tulisan kita nantinya.

Di Kompasiana, ada banyak pengetahuan yang disediakan banyak penulis. Jika kita menciptakan budaya di mana komentar jujur yang konstruktif adalah norma, ini akan memungkinkan kita untuk saling membantu belajar menulis lebih baik. Semakin berkualitas tulisan kita, semakin besar pula kemungkinannya untuk mendapatkan banyak pembaca.

Memperlihatkan Kejelasan Niat

Manfaat lain dari komentar yang jujur adalah membantu kita mengetahui bagaimana tulisan kita muncul. Maksudku, apa yang kita pikirkan dalam tulisan kita mungkin tidak sama dengan apa yang dipikirkan pembaca.

Kita menulis untuk beberapa alasan tertentu. Baik untuk mempresentasikan ide-ide kita, memproses pengalaman yang kita miliki atau milik orang lain, bermaksud persuasif atau hanya sekedar memberikan pendapat/opini terhadap masalah tertentu.

Ketika menulis, kita memiliki cara sendiri untuk memahami apa yang hendak kita katakan. Tetapi, para pembaca mungkin tidak memahaminya dengan cara yang sama. Jika apa yang ingin kita katakan tidak sama dengan apa yang bisa diambil pembaca, maka artinya kita gagal memenuhi niat yang hendak kita sampaikan dalam tulisan kita.

Saat menerima komentar yang jujur, sekalipun menurutku itu menyakitkan, hal ini membuat aku menyadari bahwa apa yang ada di kepalaku sebelum menulis ternyata kadang tidak sama dengan kata-kata sudah kutuliskan. Umpan balik dari pembaca adalah cara terbaik untuk memahami bagaimana tulisan kita muncul di halaman.

Mengorbankan Kejujuran Dapat Merugikan Rekan Penulis

Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak. Ibarat tamu, dia akan berpamitan pada tuan rumahnya sebelum melangkah pulang.

Tamu yang baik seringkali komentarnya menyanjung hati tuan rumah, sekalipun untuk itu dia harus mengorbankan kejujurannya. Namun dalam hal mengomentari tulisan, ketidakjujuran kita dapat merugikan rekan sesama penulis. Dia mungkin tidak akan dapat berkembang, dan cenderung selalu menganggap tulisannya sudah baik-baik saja.

Di Kompasiana, memberi nilai atau komentar yang positif adalah budaya yang baik. Tetapi, alangkah lebih baik lagi bila kita mulai menggeser budaya ini menjadi komentar yang jujur untuk memasukkan umpan balik yang konstruktif.

Selain membantu meningkatkan kualitas tulisan sesama penulis, dengan berkomentar jujur kita juga dapat membantu meningkatkan kualitas Kompasiana itu sendiri. 

Semakin banyak artikel yang berkualitas, maka Kompasiana juga dapat memperkuat reputasinya sebagai situs blog bersama yang menerbitkan karya tulis berkualitas tinggi. Hal yang sama juga berlaku untuk setiap blog yang kita kunjungi dan baca tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun