Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Lebaran, Bisakah Kita Hidup "New Normal"?

25 Mei 2020   23:23 Diperbarui: 26 Mei 2020   17:31 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia kini sedang bersiap menuju "New Normal". Banyak negara sudah mulai meringankan pembatasan sosial yang sebelumnya mereka terapkan untuk mencegah penyebaran virus corona.

Bisnis dibuka kembali, seperti juga beberapa sekolah dan kompetisi olahraga. Nadi kehidupan manusia perlahan berdenyut setelah hampir satu semester mati suri. Tapi, semuanya terlihat jauh berbeda dari yang biasa kita lakukan.

Sementara banyak dari kita masih bisa bekerja dari rumah, yang lain terpaksa kehilangan pekerjaan dan harus mencari yang baru. Dalam setiap aktivitas keseharian, kita juga terus menjaga jarak satu sama lain. Baik itu saat berbelanja, maupun di tempat ibadah.

Belum ada satu pun pihak yang bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 ini berakhir. Selama vaksin yang tepat belum ditemukan, selama itu pula kita hidup dengan segala pembatasan.

Namun dunia kerja tidak mungkin selamanya dilakukan pembatasan. Roda perekonomian harus tetap berjalan sekalipun untuk itu kita harus hidup berdampingan dengan penyakit Covid-19.

Memberlakukan normalitas baru adalah satu-satunya pilihan yang paling realistis agar kehidupan di dunia bisa berjalan. Norma yang akan menuntun kita semua menjalani hidup berdamai dengan virus corona.

Syarat Transisi Menuju "New Normal"

WHO, selaku otoritas kesehatan dunia mengeluarkan rekomendasi ketat bagi setiap negara yang ingin menerapkan normal baru.

"Kompleksitas dan ketidakpastian ada di depan, yang berarti bahwa kita memasuki periode di mana kita mungkin perlu menyesuaikan langkah dengan cepat," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P. Kluge dikutip dari dokumen resmi di situs WHO.

Adapun syarat menuju transisi "new normal" yang direkomendasikan WHO adalah:

1. Pemerintah bisa membuktikan bahwa transmisi virus corona sudah dikendalikan

2. Rumah Sakit atau sistem kesehatan tersedia untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, melacak kontak, dan mengkarantina pasien COVID-19

3. Risiko penularan wabah sudah terkendali terutama di tempat dengan kerentanan tinggi

4. Langkah pencegahan di lingkungan kerja, seperti menjaga jarak, cuci tangan dan etika saat batuk

5. Mencegah kasus impor virus corona

6. Mengimbau masyarakat untuk berpatisipasi dan terlibat dalam transisi the new normal

Bagaimana dengan Indonesia?

Jauh hari sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian sudah mengeluarkan kajian untuk pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Dalam kajian tersebut, pemerintah membaginya dalam 5 fase dengan fase pertama dimulai setelah lebaran atau per 1 Juni 2020.

Infografis bersiap menuju
Infografis bersiap menuju "new normal" (sumber: tempo.co)

Untuk mendukung fase pemulihan ekonomi tersebut, Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan bekerja di kantor dan industri untuk mencegah penularan virus corona pada situasi normal baru (new normal) pandemi Covid-19.

Pedoman ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.

Menteri Kesehatan dr. Terawan mengatakan dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar dalam memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi pekerja dan besarnya mobilitas, serta interaksi penduduk umumnya disebabkan aktifitas bekerja.

Suasana
Suasana "new normal" di kantin karyawan pabrik Lenovo di Wuhan (bloomberg.com/Gilles Sabrie)

''Tempat kerja sebagai lokus interaksi dan berkumpulnya orang merupakan faktor risiko yang perlu diantisipasi penularannya,'' katanya di Jakarta, Sabtu (23/5).

Sekalipun angka kasus positif corona secara kumulatif di Indonesia semakin bertambah, ada beberapa daerah yang sudah mampu mengendalikan risiko penyebaran virusnya. Pemerintah kota Tegal misalnya, per 22 Mei 2020 kemarin sudah menutup pemberlakuan PSSB yang sudah berlangsung sejak 22 April. Sementara di Aceh, kurva kasus positif sudah melandai yang ditandai dengan tiadanya kasus positif baru.

Siapkah Masyarakat Indonesia Menuju "New Normal"?

Apakah dengan begitu masyarakat Indonesia sudah siap menuju era "new normal"?

Kalau melihat syarat yang ditetapkan WHO untuk menuju transisi "new normal", sepertinya kita belum siap. Dari 6 poin syarat, hanya satu syarat saja yang sudah dipenuhi, yakni ketersediaan rumah sakit atau sistem kesehatan yang siap.

Faktor utama mengapa kita belum siap menuju "new normal" berasal dari kesadaran masyarakat Indonesia sendiri yang masih rendah. Jangankan normal baru, sekalipun pemerintah sudah memberlakukan PSBB, masyarakat kita tetap beraktivitas dalam normalitas lama.

Banyak yang menilai tidak efektifnya PSBB tak lepas dari ketidakkonsistenan pemerintah dalam menegakkan aturan yang sudah mereka buat. Ini menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Jargon-jargon seperti "Bersatu Melawan Corona" hanya ditanggapi sebagai angin lalu karena faktanya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maupun antar instansi dan lembaga terkait sering tidak sinkron.

Kita semua tentu ingin bisa beraktivitas kembali, sekalipun nanti harus tunduk pada normalitas baru. Tapi, sebelum pemerintah menerapkan aturan "new normal", pemerintah harus bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap setiap kebijakan dan peraturan yang mereka keluarkan. Dalam kehidupan yang serba terbatas saat ini, yang dibutuhkan masyarakat adalah keteladanan, bukan kebijakan berbalut pencitraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun