Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

M Nuh Layak Diangkat Jadi Duta Konser Amal Indonesia

21 Mei 2020   23:29 Diperbarui: 21 Mei 2020   23:31 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lucu sekaligus ironis. Bagaimana tidak, konser amal yang diselenggarakan lembaga tinggi sekelas BPIP, dihadiri oleh Ketua MPR bisa terkena prank oleh buruh harian asal Jambi.

Dari sejak awal, Konser Berbagi Kasih Bersama Bimbo, Bersatu Melawan Corona yang digelar secara virtual pada Minggu (17/5) sudah menuai kontroversi. Pasalnya, konser itu diselenggarakan di sepertiga terakhir bulan Ramadan, di saat umat Islam tengah khusyu beribadah meraih kemuliaan Lailatul Qadr.

Parahnya lagi, ketika konser berakhir para artis beserta beberapa pejabat tinggi negara seperti Ketua MPR Bambang Soesatyo berfoto bersama tanpa memakai masker dan menjaga jarak. Padahal di satu sisi, pemerintah giat menganjurkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penyebaran virus corona.

Ketua MPR Bambang Soesatyo pun meminta maaf atas keteledoran dirinya dan para artis saat sesi foto bersama tersebut. Namun, bukan berarti masalah konser amal ini berakhir.

Seolah menjadi puncak dari kontroversi, acara lelang yang dimaksudkan menggalang donasi untuk pekerja seni yang terdampak Covid-19 malah lebih ironis.

Dalam konser amal tersebut, panitia melelang motor lisrik Gesits yang ditandatangani Presiden Jokowi. Saat itu, harga motor lokal dengan tanda tangan Jokowi itu dibuka dengan Rp700 juta. Para selebritas yang dilibatkan untuk menerima telpon dari peserta lelang pun nampak kewalahan menerima telepon dari para penawar.

Akhirnya, Choki Sitohang yang membawakan acara lelang menyampaikan kabar ada seseorang mengaku pengusaha menelpon hotline acara lelang dan diterima oleh Wanda Hamidah. Orang tersebut berani menawar motor gesit senilai Rp.2,55 miliar. Karena tidak ada penawaran yang lebih tinggi, Ketua MPR Bambang Soesatyo yang ikut mengawal lelang tersebut akhirnya menutup penawaran pada harga Rp.2,55 miliar.

"Terima kasih Bapak yang dari Jambi, semoga Allah SWT memberikan rezeki yang lebih banyak lagi untuk bapak dan keluarga," kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat meresmikan pemenang lelang, Minggu (17/5).

Di akhir acara, total donasi berhasil dikumpulkan adalah sebesar Rp 4.003.357.815.

Hari demi hari pun berlalu, pemenang lelang tak juga menampakkan batang hidungnya. Usut punya usut, ternyata pemenang lelang itu bukan sosok pengusaha seperti yang sejak awal dikira banyak orang.

Muhammad Nuh atau M Nuh, sosok yang mengaku pengusaha dari Jambi dan menelpon serta menawar motor listrik senilai Rp.2,55 miliar itu ternyata bukan pengusaha seperti pengakuannya kepada Wanda Hamidah. M Nuh hanya warga biasa dari desa Sungai Asam, Pasar Jambi yang sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas.

Keberadaan M Nuh diketahui lewat kabar viral bahwa pemenang lelang motor listrik itu ditangkap polisi. Namun, pihak kepolisian mengatakan kabar tersebut hoaks.

Kapolda Jambi Irjen Firman Setyabudi malah mengatakan M Nuh justru meminta perlindungan kepada polisi karena takut ditagih atas lelang yang dimenanginya.

"Karena ketakutan ditagih, dia justru minta perlindungan," kata Kapolda Jambi Irjen Firman Setyabudi kepada detikcom, Kamis (21/5/2020). Irjen Firman juga menegaskan M Nuh tidak sedang diproses hukum, hanya dimintai keterangan saja oleh pihak kepolisian terkait aksi telponnya di acara lelang konser amal.

Kepada polisi, M Nuh mengaku tidak mengetahui bahwa acara yang diikutinya adalah lelang. M Nuh mengira dia justru akan mendapatkan hadiah.

"Yang bersangkutan, setelah diwawancara, tidak paham acara yang diikuti tersebut adalah lelang. Yang bersangkutan mengira bakal dapat hadiah," ujar Kapolda Jambi.

Irjen Firman juga menegaskan tak ada unsur penipuan yang dilakukan M Nuh.

"Jadi tidak ada unsur penipuan dan sebagainya. Semata mata karena tidak paham dan salah persepsi pada acara yang digelar," ujar Firman.

Terlepas dari pengakuan M Nuh bahwa dia tidak tahu itu acara lelang, kesalahan layak dialamatkan pada panitia dan selebritas yang menerima telpon. Mengapa tidak ditanyakan terlebih dahulu kepada penelpon apakah mereka paham dan mengerti sedang mengikuti lelang?

Lagipula, janggal rasanya ada orang yang tidak tahu sedang ikut lelang, tapi bisa menawar dengan nilai fantastis. Kalau M Nuh mengira bakal dapat hadiah, berarti dia menawar hadiah itu hingga Rp.2,55 milyar. Rasanya kepalaku pusing sendiri memikirkan logika terbalik ini.

Tapi sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Motor listrik yang ditandatangani Jokowi tidak jadi terjual kepada M Nuh. Sebaliknya, menurut pihak kepolisian, M Nuh harus mendapat bantuan.

"Info yang saya terima, bahkan Pak Nuh termasuk warga yang harus mendapat bantuan sosial," kata Kapolda Jambi Irjen Firman Setyabudi.

Aku kira M Nuh memang layak mendapat bantuan. Tapi lebih dari sekedar bantuan sosial saja.

Seperti tradisi sebelum-sebelumnya, kalau ada orang berbuat salah atau untuk menghargai keberaniannya, biasanya orang itu diangkat jadi duta. Begitu pula dengan M Nuh.

Atas keberaniannya menawar motor listrik lokal seharga Rp.2,55 milyar, M Nuh layak diangkat jadi Duta Konser Amal Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun