Bagaimana bisa fokus pada ibadah, sementara pikiran melayang ke mana-mana memikirkan sumber penghasilan yang mendadak hilang?
Bagaimana bisa kerja bareng anak, sementara pekerjaan untuk menafkahi hidup itu tidak punya lagi?
Bagaimana suami bisa membantu istri, sementara dirinya sendiri sibuk mencari penghasilan agar perut keluarganya bisa kenyang?
"Ya namanya juga iklan. Yang dijual itu utopia, bukan fakta. Itu kan memang termasuk strategi pemasaran mereka. Bahasa teknisnya disebut riding the moment, numpang tenar lewat momentum yang ada. Lagipula, di saat kesusahan seperti ini, tema iklan yang paling laris itu ya yang mencari simpati. Ketemulah momen Ramadan itu dengan situasi pandemi," jelasku panjang lebar.
"Ah, tetap saja bagiku itu terlalu berlebihan, dan susah untuk dipraktikkan," sanggah istriku.
"Sekalipun susah, tapi kan tidak ada salahnya dicoba. Kalau menurutku sih itu bagus, bisa menjadi penyemangat kita untuk tetap bertahan dan tetap bisa bersyukur di tengah himpitan hidup yang kian keras dan kuat."
Istriku terdiam, entah merenungi ucapanku atau sibuk dengan pikirannya sendiri. Aku sendiri mencoba untuk mencerna kembali percakapan dengan istriku tadi, benarkah sesulit itu untuk bisa bersyukur di saat hidup mengalami tekanan yang begitu hebat seperti masa pandemi ini?
Aku jadi ingat dengan kutipan ceramah, bahwa penderitaan hidup itu hadir karena kita salah berlogika. Selama ini, kita selalu menganggap kesulitan sebagai sebab dari penderitaan. Ini logika yang dipakai manusia.
Sekarang coba pakai logikanya Allah. Dalam salah satu ayat, Allah berfirman, "Dibalik kesulitan ada kemudahan".
Kalau logika ini kita gunakan, artinya kesulitan itu penyebab kemudahan. Kalau logika ini kita pakai, ekpresi ketika kita mendapat kesulitan bukan putus asa, tapi harapan bahwa akan datang kemudahan. Semakin besar kesulitan yang kita hadapi maka semakin besar kemudahan yang akan kita dapatkan.
Jadi kalau kita menggunakan logika Allah, kesulitan itu bukan sebab keputusasaan, tetapi menjadi sebab lahirnya harapan besar. Dan bagi orang-orang yang menggunakan logika Allah, kesulitan hidup itu dirangkul dengan baik agar Allah berkenan memberikan kemudahan yang lebih besar.