Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Iklan Sirup Marjan yang Tak Lagi Bernuansa Ramadan

6 Mei 2020   03:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   03:00 13136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua tahun ini, iklan sirup Marjan kehilangan nuansa Ramadan (skrinsut gambar: YouTube/Marjan Boudoin)

Entah mengapa, tahun ini iklan sirup Marjan kehilangan ruh Ramadan-nya. Padahal, dulu iklan ini identik dengan suasana bulan puasa.

Sampai-sampai banyak yang bilang,

"Jika iklan Sirup Marjan sudah ditayangkan, itu pertanda bulan Ramadan sudah dekat".

"Jika iklan Sirup Marjan ada di TV, niscaya bulan Ramadan tidak akan lama lagi".

Uniknya Strategi Marketing Sirup Marjan

Strategi marketing produsen sirup Marjan memang unik. Mereka hanya menayangkan iklan khusus bertema Ramadan setiap tahunnya. Coba ingat kembali, ada nggak iklan Marjan yang bertema lain?

Seingatku tak ada. Itu sebabnya iklan ini lekat di benak konsumen sebagai iklannya bulan puasa. Selain ditayangkan khusus menyambut datangnya bulan Ramadan, strategi penayangan iklan dibuat berseri, dengan durasi masing-masing iklan sekitar 30-45 detik, menyesuaikan durasi penayangan iklan di televisi.

Dengan strategi seperti ini, sirup Marjan akhirnya dikenal sebagai ikon sirup khas bulan puasa. Serial iklannya selalu ditunggu-tunggu pemirsa yang penasaran bagaimana akhir ceritanya.

Tapi seperti yang kukatakan di awal, tahun ini iklan sirup Marjan kehilangan ruh. Perhatikan seri ketiga video iklannya berikut ini:


Iklan Marjan Mulai Kehilangan Nuansa Ramadan

Tahun ini, Marjan Boudoin membuat iklan berlatar belakang cerita rakyat Lutung Kasarung. Diawali dengan cerita dipilihnya Purbasari menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Raja. Purbararang, kakak Purbasari yang kecewa dan sakit hati memanggil penyihir jahat dan mengutuk wajah Purbasari menjadi buruk rupa.

Purbasari akhirnya melarikan diri ke tengah hutan. Di sana, Purbasari bertemu dengan Lutung Kasarung, pemuda yang dikutuk menjadi manusia kera. Berkat ketulusan hati Purbasari, mereka berdua akhirnya berhasil menyingkirkan kutukan si penyihir jahat.

Purbasari dan Lutung Kasarung kembali ke kerajaan. Di sana, mereka bersatu padu melawan kekuatan penyihir jahat. Akhirnya, "dengan bersatunya kebaikan, semua kejahatan bisa dikalahkan". Kerajaan pun terbebas dan Purbararang yang tadinya jahat karena diperalat penyihir akhirnya menjadi sadar dan kembali baik hati.

"Semua pun berbahagia, paling meriah saat Lebaran, Marjan", demikan narasi akhir cerita di seri iklan terakhirnya.

Melihat ketiga seri iklan Marjan tahun ini, aku jadi bingung sendiri. Apa hubungannya cerita rakyat Purbasari dan Lutung Kasarung dengan Ramadan atau Lebaran? 

Kalau membaca keseluruhan narasi cerita, ada kesan produser iklan memaksakan hubungan kisah Purbasari dan Lutung Kasarung dengan Lebaran. Padahal usai ditonton berulangkali pun, aku tidak menangkap nuansa lebaran di cerita iklannya.

Ini bukan pertama kalinya Marjan Boudoin menggunakan latar belakang cerita rakyat dan kehilangan nuansa Ramadan. Tahun lalu, iklan sirup Marjan menceritakan kisah rakyat Timun Mas dan Buto Ijo. Di seri ketiga, narasi ceritanya berbunyi, "...Timun Mas dan Buto Iju terus berkejaran. Padahal mau lebaran...."

Nah, coba bayangkan sendiri, dapat nggak nuansa lebarannya?

Masih mending iklan sirup Marjan yang bertema Robot Golek. Iklan yang ditayangkan dua tahun lalu ini menurutku paling baik di antara beberapa iklan sirup Marjan selama ini. Simak salah satu serial video iklannya berikut ini:


Iklannya canggih, bertema kreativitas anak-anak dan keluarga. Dan yang lebih penting lagi, terdengar suara bedug yang kemudian diiringi cerita buka puasa dengan sirup Marjan. Sangat terasa nuansa bulan puasanya.

Iklan bertema Robot Golek ini seolah menjadi iklan sirup Marjan bertema Ramadan dan Lebaran yang terakhir. Karena setelah itu, dua iklan sirup Marjan mengambil tema cerita rakyat, yakni Timun Mas dan Lutung Kasarung.

Mungkin, Marjan Boudoin ingin memperkenalkan cerita rakyat pada pemirsa, khususnya anak-anak yang menjadi target pasar mereka. Seandainya iklan bertema cerita rakyat ini tayang di luar bulan puasa, masih bisa dimaklumi dan malah aku acungi jempol dengan niat Marjan memperkenalkan cerita rakyat.

Tapi, ketika iklan ini ditayangkan khusus untuk bulan Ramadan maupun Lebaran, gereget iklannya jadi berkurang. Brand awareness pemirsa terhadap sirup Marjan perlahan menghilang. Marjan, yang dulu dikenal sebagai ikon iklan bulan puasa, kini tak lagi bernuansa Ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun