Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Skenario Terburuk, Siapkah Siswa Belajar dari Rumah Sampai Akhir Tahun?

28 April 2020   22:10 Diperbarui: 29 April 2020   19:37 4806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Infrastruktur digital kita belum menyebar rata. Literasi digital untuk guru maupun siswa juga belum teredukasi dengan baik.

Peralihan dari pengajaran tatap muka tradisional ke pembelajaran online di kelas virtual membuat setiap siswa mengalami pengalaman belajar yang sepenuhnya berbeda. Butuh waktu lama untuk membiasakan siswa belajar dengan metode dan sistem pembelajaran online. Mengingat dalam 2 bulan terakhir ini, siswa mengandalkan rutinitas dan penolakan mereka untuk berubah.

Pembelajaran online itu mungkin terlihat bagus, tetapi ada batasannya. Rasa bosan dan frustasi pada siswa harus diwaspadai karena bagaimanapun mereka -- sama seperti orangtuanya -- membutuhkan sosialisasi langsung dengan teman-teman sebaya.

Tak Ada Manajemen Waktu untuk Siswa

Di luar itu, pembelajaran online tidak memiliki manajemen waktu, yang mana dalam hal pendidikan dasar dan menengah menjadi sangat penting. Ingat bel yang berbunyi, yang menunjukkan bahwa pembelajaran telah dimulai dan berhenti? Ingat gerombolan siswa yang akan mengemas barang-barang mereka, menumpuk di lorong-lorong dan pergi ke kelas berikutnya atau menunggu jemputan yang akan mengantar mereka pulang?

Inilah stimulus terbesar bagi siswa untuk tetap bertahan dalam pembelajaran mereka. Sesuatu yang tidak akan mereka dapatkan dalam metode dan sistem pembelajaran online.

Kondisi inilah yang harus segera menjadi perhatian serius dari Kemendikbud. Jangan sampai masa belajar dari rumah akan membunuh kreativitas siswa. Dan yang lebih ditakutkan lagi, jangan sampai metode belajar dari rumah ini mendegradasi kesehatan mental anak-anak kita.

Mengharapkan siswa untuk berhasil dalam pembelajaran online dan berfungsi seolah-olah kita masih berada di kelas, adalah setara dengan ketika kita mengharapkan seorang atlet yang baru kita rekrut langsung mendapat medali emas olimpiade hanya karena ayahnya pemegang rekor dunia olimpiade. Meskipun si atlet fenomenal, tetapi dia masih mentah, belum dipoles, tidak tersentuh oleh latihan yang intensif. Sama seperti setiap siswa kita dalam transisi digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun