Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah di Balik Masker N95

8 April 2020   07:46 Diperbarui: 8 April 2020   07:59 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker N95 awalnya digunakan untuk aplikasi industri (sumber gambar: 3M melalui amazon.com)

Namun, saat itu masker bedah "gelembung" yang baru dirilis 3M tidak mampu memblokir patogen hingga 3M menyebut masker itu sebagai masker "debu". Pada tahun 1970-an, Biro Pertambangan dan Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja bekerja sama dalam menciptakan kriteria pertama untuk apa yang mereka sebut "respirator sekali pakai."

Prinsip Kerja Masker N95

Masker "debu" dari 3M akhirnya disetujui sebagai masker respirator pada 1972 setelah perusahaan memodifikasinya. Alih-alih menggunakan fiberglass, 3M menggunakan kembali teknologi yang telah dikembangkan untuk membuat pita hadiah yang lebih kaku menjadi filter yang tepat.

Dengan filter tersebut, setiap partikel, baik silika atau virus yang terbang ke labirin masker akan tersendat-sendat. 3M juga menambahkan muatan elektrostatik ke material, sehingga partikel yang lebih kecil pun tertarik ke serat. Sementara itu, karena ada banyak lubang besar, pengguna masih dapat bernafas dengan mudah.

Semakin lama pengguna menggunakan respirator N95, semakin efisien dalam menyaring partikel. Tetapi pernapasan menjadi lebih sulit dari waktu ke waktu karena lubang-lubang yang menganga di antara serat-serat itu tersumbat oleh partikel. Itulah sebabnya respirator N95 tidak dapat dipakai selama lebih dari sekitar delapan jam pada suatu waktu di lingkungan yang sangat berdebu. Masker ini tak hanya berhenti menyaring; namun juga mencegah penggunanya bernapas dengan nyaman.

Masker N95 sejak awal digunakan untuk aplikasi industri. Seiring waktu, kebutuhan respirator untuk tenaga medis meningkat seiring munculnya TB yang resisten terhadap obat (TB MDR). Banyak tenaga medis yang rawan terjangkiti TB MDR saat merawat pasiennya. Meski begitu, respirator jarang digunakan di rumah sakit sampai hari ini karena hanya wabah seperti COVID-19 yang membutuhkan perlindungan begitu banyak.

Adapun inisial 'N95' berarti bahwa ketika dilakukan pengujian yang cermat, respirator memblokir setidaknya 95 persen partikel uji yang sangat kecil (0,3 mikron). Jika dipasang dengan benar, kemampuan filtrasi respirator N95 melebihi kemampuan masker wajah. Namun, sekalipun sudah dipasang dengan benar, masker N95 tidak sepenuhnya menghilangkan risiko penyakit atau kematian.

Referensi:
Mark Wilson, The Untold Origin Story of The N95 Mask

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun