Pandemi corona membuat banyak pemerintah menghimbau warganya untuk berkegiatan di rumah. Sekolah diliburkan, diganti dengan kegiatan belajar mengajar jarak jauh atau e-learning.
Perusahaan-perusahaan juga mulai merumahkan karyawannya. Bukan di-PHK, tapi diminta bekerja dari rumah, atau remote working. Dalam pidato terkait penanganan pandemi corona, presiden Jokowi juga meminta hal yang sama agar warga bisa kerja dari rumah saja.
Terlepas dari adanya pandemi corona, di jaman serba digital ini bekerja dari rumah menjadi impian banyak orang. Tawarkan pekerjaan jarak jauh kepada orang malas dan, lebih sering daripada tidak, mereka akan meraihnya dengan kedua tangan mereka.
Sekilas, kelihatannya menyenangkan jika kita bisa bekerja dari rumah. Ada banyak keuntungan yang tak bisa didapatkan dibandingkan bekerja di kantor:
- Kita bisa menghemat biaya dan waktu dalam perjalanan,Â
- Lebih banyak waktu untuk perawatan diri dan keluargaÂ
- Jadwal kerja yang fleksibel dan bisa diatur sesukanya
- Yang lebih penting lagi, kita bisa bebas dari omelan langsung atasan
betul tidak?
Efek Negatif Bekerja Dari Rumah
Tapi, benarkah bekerja dari rumah bisa senyaman itu?
Saya sendiri sudah 3 tahun bekerja di rumah, setelah 14 tahun sebelumnya bekerja di kantor. Bukan menjadi pekerja jarak jauh loh ya, tapi secara harfiah saya benar-benar bekerja di rumah saja.
Di awal karir saya sebagai pekerja rumahan, situasinya memang seperti yang diimpikan. Bebas mengatur waktu kerja, banyak waktu untuk keluarga.
Namun, seiring waktu ternyata tak seindah yang saya bayangkan. Kenyataannya, bekerja di rumah bisa sangat membosankan. Dan, apabila tidak bisa menyeimbangkan ritmenya, bekerja di rumah bisa memberi efek negatif bagi pekerjaan kita.
Setidaknya, ada dua efek negatif bekerja di rumah, sebagaimana yang sudah saya alami selama karir saya sebagai pekerja rumahan.
1. Bekerja dari Rumah Bisa Membuat Kita Malas
Hukum Gerakan Pertama Netwon dan prinsip inersia menyatakan: Objek saat istirahat tetap diam kecuali digerakkan oleh kekuatan eksternal.