Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae Yong dan Latihan "Shadow Football" ala Polosin

25 Februari 2020   08:48 Diperbarui: 25 Februari 2020   08:45 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemain tim nasional Indonesia mendapat pelajaran berharga dari pelatih Shin Tae Yong. Pada hari keempat pemusatan latihan timnas yang digelar di Stadion Madya, Senayan, Jakarta (18/2), pelatih asal Korea Selatan ini memarahi pemain timnas.

"Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini. Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?" teriak Shin melalui penerjemahnya, Jeong Seok-seo.

Shin Tae Yong tak mampu menahan kejengkelannya ketika melihat operan satu-dua pemain timnas masih jauh dari sempurna. Shin langsung menghentikan latihan sejenak sekaligus memberikan koreksi tegas terkait kualitas operan para pemain tim "Garuda".

Pada pemusatan latihan timnas yang digelar mulai 14-22 Februari kemarin, Shin Tae Yong lebih fokus pada latihan fisik dan stamina pemain. Latihan fisik yang diarahkan Shin Tae Yong ini terlihat berbeda dengan latihan fisik dari beberapa pelatih timnas sebelumnya.

Intensitas latihan begitu tinggi dengan durasi yang cukup lama. Para pemain juga diminta untuk lebih fokus, tidak ada lagi kesan santai seperti yang terjadi pada program pelatih timnas yang lain, terutama era Simon McMenemy.

Mengenal Latihan "Shadow Football" dari Pelatih Timnas Anatoli Polosin

Program latihan Shin Tae Yong yang lebih mengedepankan fisik dan stamina pemain ini mengingatkan kita pada sosok Anatoli Polosin. Pelatih asal Rusia ini pernah membawa timnas Indonesia meraih medali emas Sea Games 1991.

Polosin, yang menjadi pelatih kepala timnas dengan dibantu Vladimir Urin dan Danurwindo menerapkan sistem pelatihan yang sebelumnya tidak pernah dikenal para pemain Indonesia. Sebuah pelatihan fisik yang keras, untuk menempa fisik para pemain yang saat itu memang sedikit mengkhawatirkan. Pola latihan semacam ini pada saat itu dikenal dengan sebutan "Shadow Football".

Pada dasarnya, metode "Shadow Football" adalah pelatihan bola tanpa bola, yang lebih difokuskan pada penempaan fisik, stamina dan insting para pemain. Dalam pelatihan ini, pemain harus fokus pada jari tangan pelatih, yang dianggap sebagai bola. Kemana jari pelatih menunjuk, disitulah pemain harus bergerak.

Meski tanpa bola, tim pelatih nyatanya sanggup menghitung berapa sentuhan "bola" yang dilakukan setiap pemainnya. Hampir 3 bulan lamanya para pemain timnas era pelatih Anatoli Polosin ditempa model pelatihan "Shadow Football".

Saking kerasnya latihan fisik yang diterapkan Polosin, banyak pemain menjadi "korban". Mereka muntah-muntah karena tidak tahan dengan gemblengan fisik ala militer ini. Beberapa pemain timnas seperti Fachri Husaini, Ansyari Lubis hingga Eryono Kasiha memilih kabur dari pelatnas daripada harus merasakan latihan fisik Polosin. Namun, setelah memahami manfaat "Shadow Football", para pemain yang semula kabur akhirnya kembali dan ikut berlatih.

Hasil Dari Latihan "Shadow Football" Timnas Indonesia Juara Sea Games 1991

Berkat latihan fisik yang ekstrem ini para pemain timnas mampu berlari 4 km dalam waktu 15 menit. Bahkan standar VO2Max mereka mendekati standar VO2Max para pemain Eropa saat itu.

Menurut strategi Polosin, latihan "Shadow Football" sangat berguna untuk membentuk karakter pemain yang "ngotot" mengejar bola, sekaligus memiliki stamina yang prima. Dalam skema permainan Polosin, dia tidak membutuhkan pemain bintang, tapi lebih mengandalkan pemain yang memiliki fisik prima dan bisa selalu bergerak dan berlari selama 120 menit.

Maka, wajar apabila pada tiga pertandingan persahabatan pertamanya, timnas Indonesia tidak pernah menang, dan malah jadi lumbung gol. Tercatat, timnas Indonesia dihajar 3-0 oleh Malta, lalu digilas Korea Selatan 3-0, dan terakhir dibantai Mesir 6-0.

Meski selalu kalah dan digelontor selusin gol, Polosin mengaku puas melihat performa fisik para pemainnya. Menurut Polosin, tugas pelatih menjadi lebih ringan karena tinggal meramu strategi dan skill pemain.

Hasil dari latihan "Shadow Football" yang diterapkan Polosin bisa dilihat pada ajang Sea Games Manila 1991. Timnas Malaysia dihajar 2-0, kemudian giliran timnas Vietnam yang dikalahkan dengan skor 1-0.

Di babak semifinal, Fachri Husaini dan kawan-kawan mengalahkan Singapura lewat adu penalti. Puncak kedigdayaan timnas Indonesia terjadi di ajang final Sea Games 1991 saat mereka berhasil mengalahkan tim kuat Thailand dan meraih medali emas.

Lambat laun, metode latihan "Shadow Football" ini dianggap ketinggalan jaman dan tidak pernah lagi diterapkan pelatih-pelatih timnas Indonesia sesudah Anatoli Polosin. Para pelatih sepertinya lebih suka memilih nama besar dan status bintang pemain.

Mampukah Shin Tae Yong Mengembalikan Tuah Latihan "Shadow Football"?

Kini, di era pelatih Shin Tae Yong, latihan "Shadow Football" seolah hidup kembali. Shin tak segan memarahi para pemain dan mengejek stamina mereka yang seperti kakek berusia 60 tahun.

"Hey, gerakan kamu seperti kakek-kakek umur 60 tahun. Kamu, kan, masih muda. Ayo, lebih kuat," teriak Shin sedikit menyindir.

Shin Tae Yong, seperti halnya Anatoli Polosin lebih suka meninggalkan pemain bintang jika menurutnya fisik sang pemain tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

Itu sebabnya ketika timnas Indonesia dikalahkan Persita Tangerang dengan skor 1-4 dalam laga persahabatan pada Jumat (21/2) kemarin, Shin menyinggung bahwa 34 pemain yang mengikuti pelatnas bukan pemain pilihannya.

"Pemain sebenarnya bukan pilihan saya, tapi pelatih lokal, Coach Indra. Pelatih lokal sudah beri data pemain sebanyak 75 pemain kepada saya. Setelah diskusi kami pilih 34 pemain," ucap Shin Tae Yong.

Tentunya kita berharap, dengan model latihan "Shadow Football" ini, Shin Tae Yong bisa mengikuti jejak Anatoli Polosin. Mengambalikan kejayaan timnas Indonesia dengan target awal adalah merebut medali emas Sea Games.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun